Artikel
20 april 2015
Rasa Cinta Kepada Allah
Syaikh
as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Pokok
dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu
merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya.
Bahkan,
itulah hakekat dari ibadah.
Tauhid
tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi
sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala
sesuatu yang dicintai.
Sehingga
rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan
menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus
tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa
menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.”
(Al-Qaul
as-Sadid Fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95)
Reposted
by
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================
OASE DAKWAH
Senin, 20 April 2015
OASE DAKWAH
Senin, 20 April 2015
Satu
Detik Lagi
Oleh : Rudianto Surbakti
Oleh : Rudianto Surbakti
Sahabatku...
Tahukah engkau kapan Malaikat Maut menjemputmu ?
Tahukah engkau kapan Allah akan memuliakan atau menghinakanmu ?
Tahukah engkau kapan saudaramu, sahabatmu, dan orang terdekatmu meninggalkanmu ?
Satu detik lagi, yaa... satu detik lagi.
Tahukah engkau kapan Malaikat Maut menjemputmu ?
Tahukah engkau kapan Allah akan memuliakan atau menghinakanmu ?
Tahukah engkau kapan saudaramu, sahabatmu, dan orang terdekatmu meninggalkanmu ?
Satu detik lagi, yaa... satu detik lagi.
Ingatlah
bahwa dalam satu detik ke depan, akan banyak hal terjadi.
Kemuliaanmu bisa runtuh, hartamu dan anak istrimu bisa hilang.
Atau satu detik lagi tidak akan berada di sisi Malaikat Maut.
Satu detik lagi, satu detik yang akan menjadi sejarah.
Kemuliaanmu bisa runtuh, hartamu dan anak istrimu bisa hilang.
Atau satu detik lagi tidak akan berada di sisi Malaikat Maut.
Satu detik lagi, satu detik yang akan menjadi sejarah.
Cobalah
renungi satu detik yang baru saja terlewati.
Kemana dia pergi, dan kapankah dia kembali ?
Satu detik yang baru terlewati, adakah ketaqwaan yang engkau tanam ?
Ataukah maksiat, kebencian dan dusta yang engkau kerjakan ?
Kemana dia pergi, dan kapankah dia kembali ?
Satu detik yang baru terlewati, adakah ketaqwaan yang engkau tanam ?
Ataukah maksiat, kebencian dan dusta yang engkau kerjakan ?
Jika satu
detik yang lalu tak pernah kembali, dan satu detik ke depan adalah kematianmu.
Maka tidak ada alasan untuk tidak melakukan ketaatan pada Allah.
Tidak juga ada alasan untuk menunda kebaikan.
Karena waktu yang tepat mencari ridho Allah adalah detik ini.
Waktu yang paling tepat untuk menyambut kematian kita adalah detik ini.
Yaa... detik ini, detik yg sedang kita jalani sekarang.
Maka tidak ada alasan untuk tidak melakukan ketaatan pada Allah.
Tidak juga ada alasan untuk menunda kebaikan.
Karena waktu yang tepat mencari ridho Allah adalah detik ini.
Waktu yang paling tepat untuk menyambut kematian kita adalah detik ini.
Yaa... detik ini, detik yg sedang kita jalani sekarang.
“Sesungguhnya
kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah)..." (QS Al
Jumu'ah : 8)
Sahabatku...
Jika semua yang ghaib tentang waktu, tidak bisa kita ketahui...
Jika semua yang ghaib tentang penghancur nikmat (kematian), tidak bisa kita prediksi...
Maka harusnya kita TIDAK PERNAH berfikir :
"Satu Detik Lagi Akan Kukerjakan".
Jika semua yang ghaib tentang waktu, tidak bisa kita ketahui...
Jika semua yang ghaib tentang penghancur nikmat (kematian), tidak bisa kita prediksi...
Maka harusnya kita TIDAK PERNAH berfikir :
"Satu Detik Lagi Akan Kukerjakan".
Wallahu'alam.
Divisi
Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI/28/20/04/2015
oaseodoj@gmail.com
DTI/28/20/04/2015
oaseodoj@gmail.com
Reposted
by
®Rumah Dakwah Indonesia
====================================================
®Rumah Dakwah Indonesia
====================================================
PENTING!!!
UNTUK KESELAMATANMU.
بسم الله
الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Sampaikan
keseluruh wanita...pesan berharga utk keselamatan dirinya...
Wahai
saudariku........
Apa yang
membuatmu membuka jilbab/kerudung?
Taukah
engkau......jilbab itu wajib seperti wajibnya shalat.....
Tahukah
engkau.....disaat engkau lepas jilbabmu didepan lelaki atau orang yang bukan
mahrammu.....
Disaat itulah engkau berdosa dan bermaksiat....
Disaat itulah engkau berdosa dan bermaksiat....
Jika
engkau membuka jilbab/kerudungmu setiap hari, siang dan malam.... dan berjumpa
dg ribuan bahkan jutaan lelaki yg bukan mahrammu, dan engkau buka jilbabmu
bertahun tahun bahkan sepanjang hidupmu, berapa milyar dosa yg engkau kantongi
disebabkann membuka jilbab. itu baru jilbab... bagaimana dg betismu....
tanganmu.... dadamu dan anggota tubuhmu lain yg seharusnya engkau diwajibkan
menutupinya....
Dengarlah...
mereka ada yang bilang" saya belum siap berjilbab"
Bukankah
perkataan itu aneh?.....mengapa tidak aneh??? engkau berjilbab tidak siap,
sedangkan yg tdk berjilbab diancam neraka. jadi engkau lebih siap masuk
neraka???? dari pada berjilbab???
Ada juga
diantara mereka yg bilang" yg penting hatinya baik"
Haaah....
dilihat darimana hatimu itu baik ?
Berjilbab
adalah perintah Allah, tdk berjilbab berarti membangkang perintah Allah....
betulkah... dg itu... hatimu baik???
Bukankah
membuka jilbab adalah maksiat..... dan bukankah maksiat membuat hati kotor.....
Wahai
saudariku... jadi... Baik dari mana....???
Jangan
tunda dan tidak usah ragu...segeralah tutup auratmu...rambutmu..., betismu,
lenganmu... kapanpun dan dimanapun saat ada didepan lelaki yg bkn mahrammu.
Besegeralah
berjilbab.....tidak ada yg menjamin usiamu sampai kapan...????
untukmu
ukhty fillah.... Uhibbukum fillah
=================
Kota Bima-NTB
Senin, 20 April 2015
Kota Bima-NTB
Senin, 20 April 2015
{{
AD-DIINU AN-NASHIIHAH }}
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
======================================================
Artikel 21 April 2015
Artikel 21 April 2015
Koreksilah Diri Kita Terlebih Dahului Sebelum Menyalahkan Orang Lain
Jika anda
sholat berjam'ah lantas tidak bisa khusyu' maka jangan salahkan imam, dengan
alasan suara sang imam buruk...,
Jika anda
berkaca lantas tanpak wajah anda yang kurang rupawan maka jangan salahkan
cermin...
Jika anda
memiliki rambut yang kurang berkilau maka jangan salahkan sampo yang anda
pakai...
Jika anda
belajar lantas kurang paham apa yang disampaikan guru maka janganlah salahkan
sang guru....
jika ...
, jika....
Belajarlah
menyalahkan dan mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyalahkan
orang lain.
Para
salaf menasehati agar kita tatkala melihat orang lain berusahalah untuk melihat
kebaikan-kebaikan mereka, adapun tatkala melihat diri kita sendiri maka
hendaklah kita berusaha melihat kekurangan-kekurangan kita agar kita tidak
tertimpa penyakit ujub, dan mengakui serta menghargai kelebihan orang lain,
serta berusaha mencari udzur untuk kesalahan orang lain.
Oleh :
Ustadz Firanda Andirja
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
.:: Kalau
Suami yang Cuci Pakaian, Ini Kata Rasulullah ::.
Syaikh
Fuad Shalih dalam bukunya Liman Yuriidu Az Ziwaaj wa Tazawuj menyampaikan empat
nasihat Rasulullah SAW untuk para suami. Termasuk mengenai tugas cuci pakaian.
Syaikh
Fuad merasa perlu mencantumkan hadits ini agar para suami berbenah diri; tidak
hanya menuntut istri mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, tetapi juga ia
mempersembahkan yang terbaik untuk istrinya.
Empat
nasihat ini secara khusus mengajarkan suami untuk berpenampilan menarik di
rumah.
Berikut ini, empat nasihat itu:
Berikut ini, empat nasihat itu:
.::
Cucilah Bajumu
Nasehat
pertama ini memiliki dua dimensi. Dimensi pertama ada pada proses. Dimensi
kedua terletak pada hasilnya.
Sebagai
sebuah proses, “cucilah bajumu” berarti berbagi dengan istri dalam
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan domestik, khususnya bagi keluarga yang tidak
memiliki khadimat.
Mencuci
baju tidak dibebankan kepada istri saja, melainkan suami juga melakukannya.
Baik mencuci dengan tangan maupun dengan mesin cuci.
Konsep
berbagi peran inilah yang diteladankan oleh Rasulullah. Kendati beliau adalah
Nabi, pemimpin negara, qiyadah dakwah dan panglima perang, beliau menyempatkan
diri untuk membantu istri-istrinya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Ditinjau
dari dimensi hasil, “cucilah bajumu” membuat suami tampil dengan pakaian rapi
di depan istrinya. Tidak kusut. Tidak menyebalkan.
Mungkin
sebagian suami tidak merasa perlu tampil rapi di hadapan suaminya, terlebih
ketika malam tiba. Namun, jika ia menuntut istrinya tampil prima di depannya,
mengapa ia tidak menuntut dirinya melakukan hal yang sama?
Bukankah
Islam menjunjung keadilan? Kita para suami kadang belum juga mengerti bahwa
wanita itu tidak selalu mencurahkan perasaannya kepada suami.
Ia kadang
menyimpannya di hati dan berusaha menyabarkan diri. Saat kita para suami dengan
mudah mengatakan “Pakaialah baju yang indah”, para istri hanya menahan sabar
melihat kita menghampirinya dengan baju berbau.
Mari kita
berusaha berubah. Menjadi suami yang lebih rapi di depan istri.
.::
Rapikan rambutmu
Ketika
berangkat kerja, ketika pergi ke kantor, ketika hendak syuro, ketika mau
mengisi pengajian, kita para lelaki yang katanya tidak suka dandan, minimal
merapikan rambut.
Lalu saat
hanya berdua dengan istri, mengapa kita tidak melakukan hal serupa? Bukankah
jika begitu kita lebih mengutamakan orang lain daripada istri kita sendiri?
Padahal rekan-rekan kerjanya tidak memasakkannya.
Teman-temannya
juga tak bisa merawatnya ketika ia sakit. Yang setia menemani, yang setia
merawat adalah istri. Dan tidak ada orang lain yang bisa menghangatkannya di
kala kedinginan kecuali istrinya sendiri. Lalu mengapa kita sebagai suami
justru tak bisa tampil rapi saat bersamanya?
.::
Gosoklah gigimu
Bau mulut
adalah satu hal yang mengganggu komunikasi dan menjadi pembatas kedekatan.
Ketika seorang suami tak suka istrinya mengeluarkan bau saat ia berbicara,
demikian pula istri sebenarnya tak suka jika suaminya menghampirinya dengan bau
yang tak sedap.
Adalah
junjungan kita yang mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap akan
masuk rumah, beliau bersiwak terlebih dahulu.
Dalam
hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Bunda Aisyah menjadi saksi kebiasaan
Rasulullah ini. Ketika ditanya, “Apa yang dilakukan pertama kali oleh
Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab: “Bersiwak”.
Maka
sungguh nasehat ini harus dikerjakan oleh para suami. Hendaklah ia rajin
bersiwak atau menggosok giginya.
Jika
berduaan dengan istri, pastikan sudah gosok gigi. Pastikan tak ada bau yang
mengganggu. Hingga curhat pun menjadi mengasyikkan. Hingga berduaan pun jadi
penuh kemesraan.
Dan lebih
dari itu, menggosok gigi atau bersiwak mendatangkan dua kebaikan. Kebersihan
dan kesehatan mulut, serta mendatangkan keridhaan Tuhan. “Bersiwak itu
membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha” (HR. Al Baihaqi dan An Nasa’i).
.::
Berhiaslah untuk istrimu
Para
sahabat Nabi adalah suami-suami yang terdepan dalam mengamalkan nasehat ini.
Ibnu Abbas mengatakan, “Aku suka berhias untuk istriku sebagaimana aku suka
istriku berhias untukku.”
Mengapa
demikian, karena Ibnu Abbas yakin, “Sesungguhnya berhiasnya suami di hadapan
istrinya akan membantu istri menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki
selain suaminya. Berhiasnya suami di hadapan istrinya juga makin mendekatkan
hati keduanya.”
Jika para
sahabat yang sibuk berdakwah dan berjihad tidak lalai berhias untuk istrinya,
bagaimana dengan kita? Semoga bisa meneladani mereka.
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
#SahabatNabi
Asma Binti Yazid Al-Anshariah(Wafat 30 H)
Nama
lengkapnya adalah Asma’ binti Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Imri’il Qais bin
Abdul Asyhal bin Haris al-Anshariyyah, al-Ausiyyah al-Asyhaliyah.
Beliau
adalah seorang ahli hadis yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki
kecerdasan, dien yang bagus, dan ahli argumen, sehingga beliau dijuluki sebagai
“juru bicara wanita”.
Di antara
sesuatu yang istimewa yang dimiliki oleh Asma’ ra adalah kepekaan inderanya dan
kejelian perasaannya serta ketulusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat
sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus
dalam madrasah nubuwwah, yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara,
tidak merasa hina, tidak mau dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang
wanita yang pemberani, tegar, mujahidah. Beliau menjadi contoh yang baik dalam
banyak medan peperangan.
Asma’ ra
mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pada tahun pertama hijrah
dan beliau berba’iat kepadanya dengan ba’iat Islam. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam memba’iat para wanita dengan ayat yang tersebut dalam surat
Al-Mumtahanah, “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan menyekutukan
sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan
membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara
tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik,
maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Mumtahanah:
12).
Ba’iat
dari Asma’ binti Yazid ra adalah untuk jujur dan ikhlas, sebagaimana yang
disebutkan riwayatnya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma’ mengenakan dua gelang
emas yang besar, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma’, tidakkah kamu takut jika Allah
mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari neraka?”
Maka,
segeralah beliau tanpa ragu-ragu dan tanpa argumentasi untuk mengikuti perintah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, maka beliau melepaskannya dan
meletakkan di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Setelah
itu Asma’ aktif untuk mendengar hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
yang mulia dan beliau bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan dia
paham urusan dien. Beliau pulalah yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam tentang tata cara thaharah (bersuci) bagi wanita yang selesai
haidh. Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu untuk menanyakan
sesuatu yang hak. Oleh karena itu, Ibnu Abdil Barr berkata, “Beliau adalah
seorang wanita yang cerdas dan bagus diennya.”
Beliau ra
dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang persoalan-persoalan yang mereka
hadapi. Pada suatu ketika Asma’ mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassalam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi
seluruh wanita muslimah yang di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana
yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sebagaiamana aku berpendapat.
Sesungguhnya
Allah Subhanahu wa ta’ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita,
kemudiaan kami beriman kepada anda dan memba’iat anda. Adapun kami para wanita
terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga
kaum laki-laki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah
yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi, kaum lelaki mendapat keutamaan
melebihi kami dengan salat Jumat, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila
mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik
anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka
dapat dengan amalan mereka?”
Mendengar
pertanyaan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menoleh kepada
para sahabat dan bersabda, “Pernahkan kalian mendengar pertanyaan seorang
wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para
sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Kembalilah wahai
Asma’ dan beri tahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa
perlakuan baik salah seorang mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan
suaminya, saatnya ia untuk mendapat persetujuannya, itu semua dapat mengimbangi
seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki.”
Maka,
kembalilah Asma’ sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang
disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Dalam
dada Asma’ terbetik keinginan yang kuat untuk ikut andil dalam berjihad, hanya
saja kondisi ketika itu tidak memungkinkan untuk merealisasikannya. Akan
tetapi, setelah tahun 13 Hijriyah setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wassalam hingga perang Yarmuk beliau menyertainya dengan gagah berani.
Pada
perang Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil dengan bagian
yang banyak untuk berjihad sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu
Katsir dalam kitab al-Bidayah wan-Nihaayah, beliau membicarakan tentang
perjuangan mujahidin mukminin. Beliau berkata, “Mereka berperang dengan perang
besar-besaran hingga para wanita turut berperang di belakang mereka dengan
gagah berani.”
Dalam
bagian lain beliau berkata, “Para wanita menghadang mujahidin yang lari dari
berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan
batu. Adapun Khaulah binti Tsa’labah ra berkata :
Wahai
kalian yang lari dari wanita yang bertakwa
Tidak akan kalian lihat tawanan
Tidak pula perlindungan
Tidak juga keridhaan
Tidak akan kalian lihat tawanan
Tidak pula perlindungan
Tidak juga keridhaan
Beliau
juga berkata dalam bagian yang lain, “Pada hari itu kaum muslimah berperang dan
berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan tetapi mereka memukul kaum
muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga mereka kembali untuk
berperang.”
Dalam
perang yang besar ini, Asma’ binti Yazid menyertai pasukan kaum muslimin
bersama wanita-wanita mukminat yang lain berada di belakang para mujahidin
mencurahkan segala kemampuan dengan membantu mempersiapkan senjata, memberikan
minum bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka di antara mereka serta
memompa semangat juang kaum muslimin.
Akan tetapi,
manakala berkecamuknya perang, manakala suasana panas membara dan mata menjadi
merah, ketika itu Asma’ ra lupa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beliau
hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah, mukminah, dan mampu berjihad dengan
mencurahkan segenap kemampuan dan kesungguhannya. Hanya beliau tidak
mendapatkan apa-apa yang di depannya melainkan sebatang tiang kemah, maka
beliau membawanya kemudian berbaur dengan barisan kaum muslimin.
Beliau
memukul musuh-musuh Allah ke kanan dan ke kiri hingga dapat membunuh sembilan
orang dari tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Hajar
tentang beliau, “Dialah Asma’ binti Yazid bin Sakan yang menyertai perang
Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah,
kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan tersebut.”
Asma’
keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki
beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena beliau wafat pada akhir
tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan bagi umat.
Semoga
Allah merahmati Asma’ binti Yazid bin Sakan dan memuliakan dengan hadis yang
telah beliau riwayatkan bagi kita, dan dengan pengorbanan yang telah beliau
usahakan, dan telah beramal dengan sesuatu yang dapat dijadikan pelajaran bagi
yang lain dalam hal mencurahkan segala kemampuan dan usaha demi memperjuangkan
al-haq dan mengibarkan bendera hingga dien ini hanya bagi Allah.
Sumber :
- Kitab
Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr
asy-Syalabi.
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
Mengapa
Takut Dikritik??
Oleh: Rudianto Surbakti
Oleh: Rudianto Surbakti
Saudaraku...
Sering kita berharap jika karya kita akan memuaskan semua orang.
Bekerja keras, dengan obsesi karya tanpa cela.
Karena memdapati selalu ada yang kurang dan tak sempurna.
Sering kita berharap jika karya kita akan memuaskan semua orang.
Bekerja keras, dengan obsesi karya tanpa cela.
Karena memdapati selalu ada yang kurang dan tak sempurna.
Jika pada
Allah saja, manusia masih sering merasa Dia tidak adil.
Jika Rasulullah yang Mulia saja masih banyak dibenci kaum kafir.
Maka adakah engkau berharap karyamu akan memuaskan kesemua manusia ?
Masihkah engkau berharap jika karyamu tidak mendapat kritik ?
Jika Rasulullah yang Mulia saja masih banyak dibenci kaum kafir.
Maka adakah engkau berharap karyamu akan memuaskan kesemua manusia ?
Masihkah engkau berharap jika karyamu tidak mendapat kritik ?
Jika
mendapatkan pengakuan baik dari semua manusia adalah mustahil,
Mari kita mulai berfikir untuk tidak khawatir terhadap kritik lagi.
Karena hanya dengan kritiklah engkau akan bangun, dengan kritiklah engkau akan menjadi lebih baik.
Meski kadang terasa pahit, namun itu adalah pil yang paling menyehatkan ide-idemu.
Mari kita mulai berfikir untuk tidak khawatir terhadap kritik lagi.
Karena hanya dengan kritiklah engkau akan bangun, dengan kritiklah engkau akan menjadi lebih baik.
Meski kadang terasa pahit, namun itu adalah pil yang paling menyehatkan ide-idemu.
"Orang
yang paling aku sukai adalah orang yang menunjukkan kesalahanku." (Umar
bin Khattab)
"Jika
karena pandangan itu aku dikatakan tidak mengerti. Aku bersyukur kepada Allah
semoga hal itu bisa mengurangi beban hisabku di hadapan Allah." (Abdul
Latif Khan).
Ingatlah
seharusnya terdapat kesyukuran yang terselip diantara kritik yang ada.
Karena dengan kritiklah kita akan tahu apa itu menjaga hati.
Fahamilah terdapat kenikmatan diantaranya.
Yaitu kenikmatan pengakuan bahwa kita adalah manusia.
Pengakuan bahwa kita adalah makhluk lemah, lemah dihadapan Allah.
Karena dengan kritiklah kita akan tahu apa itu menjaga hati.
Fahamilah terdapat kenikmatan diantaranya.
Yaitu kenikmatan pengakuan bahwa kita adalah manusia.
Pengakuan bahwa kita adalah makhluk lemah, lemah dihadapan Allah.
Jika satu
prestasi itu adalah satu bintang yang bercahaya.
Tidakkah engkau takut jika terlalu banyak bintang akan menyilaukanmu ?
Menutupi pandangan indahmu dengan silau dari ketawadhuan.
Dan kritiklah yang akan memadamkan sinar tersebut.
Membuat engkau tetap dalam lintasan yang ada.
Membuat engkau tetap terjaga dari rasa bangga.
Tidakkah engkau takut jika terlalu banyak bintang akan menyilaukanmu ?
Menutupi pandangan indahmu dengan silau dari ketawadhuan.
Dan kritiklah yang akan memadamkan sinar tersebut.
Membuat engkau tetap dalam lintasan yang ada.
Membuat engkau tetap terjaga dari rasa bangga.
Besyukurlah
jika ada yang masih mengkritik karyamu,
Karena itu berarti Allah peduli padamu.
Karena itu berarti mereka peduli padamu.
Karena itu berarti Allah peduli padamu.
Karena itu berarti mereka peduli padamu.
Wallahu'alam.
®Rumah
Dakwah Indonesia
========================================================
========================================================
Dulu Nabi
yang kita kita itu sudah mengingatkan kita dalam doanya...
Wahai
sang penguasa hati... Wahai yang membalik-balik hati...
Tetapkanlah gelora hatiku pada agama Mu"
Tetapkanlah gelora hatiku pada agama Mu"
Untuk
menyadari posisi kita di hadapan Allah sebenarnya kita berada antara takut dan
harap...
Takut dan harap itu adalah buah dari keimanan (Trust) kita pada Allah..
Takut dan harap itu adalah buah dari keimanan (Trust) kita pada Allah..
Dan kita
beriman karena kita tahu kita sangat lemah dan tak berdaya dalam menjalani
hidup ini jika sendiri...
Kita bahkan sama sekali tidak mengetahui... Apalagi menguasai kehidupan akhirat kita...
Allah lah yang Maha Mengetahui dan Menguasai nya...
Kita bahkan sama sekali tidak mengetahui... Apalagi menguasai kehidupan akhirat kita...
Allah lah yang Maha Mengetahui dan Menguasai nya...
Kita
Takut karena nafsu yang karakter aslinya hanya menyukai kesenangan ...
Seringkali berhasil memperlambat langkah tulus kita di jalan Allah...
Ia menahan kita untuk tilawah
Ia menahan kita untuk rutin bangun di waktu CINTA.. Waktu Allah menyapa kita dengan CINTA
Ia menahan kita untuk sungguh terlibat dalam dakwah...
Ia menahan kita dalam semua hal yang dia tak menyukai nya...
Kita takut...
Nafsu itu hanya menargetkan kesenangan sementara, sedangkan akibatnya adalah Murka..
Kita takut nafsu kita membisikkan rasa bangga dalam hati kita atas amal sholih kita...
Kita takut nafsu kita melampungkan diri kita pada sikap ujub karena kedudukan kita...
Kita takut... Dan takut itu karena beriman pada Allah..
Kita takut jika kelelahan dalam dakwah ini... Tekun nya kita di jalan ini... Terjangkiti virus yang akhirnya merusak segalanya...
Sehingga saat hisab ditegakkan...
Nafsu kita hanya tertunduk malu tak berdaya... Karena Rabb kita menetapkan keputusan yang paling ditakuti oleh iman kita...
Keputusan yang akhirnya membuyarkan semua mimpi keimanan kita...
Kita takut Allah marah pada kita...
Ia menahan kita untuk tilawah
Ia menahan kita untuk rutin bangun di waktu CINTA.. Waktu Allah menyapa kita dengan CINTA
Ia menahan kita untuk sungguh terlibat dalam dakwah...
Ia menahan kita dalam semua hal yang dia tak menyukai nya...
Kita takut...
Nafsu itu hanya menargetkan kesenangan sementara, sedangkan akibatnya adalah Murka..
Kita takut nafsu kita membisikkan rasa bangga dalam hati kita atas amal sholih kita...
Kita takut nafsu kita melampungkan diri kita pada sikap ujub karena kedudukan kita...
Kita takut... Dan takut itu karena beriman pada Allah..
Kita takut jika kelelahan dalam dakwah ini... Tekun nya kita di jalan ini... Terjangkiti virus yang akhirnya merusak segalanya...
Sehingga saat hisab ditegakkan...
Nafsu kita hanya tertunduk malu tak berdaya... Karena Rabb kita menetapkan keputusan yang paling ditakuti oleh iman kita...
Keputusan yang akhirnya membuyarkan semua mimpi keimanan kita...
Kita takut Allah marah pada kita...
Karena
itulah kita berharap.. Hanya padanya... Walau amat sangat sulitnya...
Kita berharap DIA memaafkan kita
Kita berharap DIA mengampuni kita..
Kita berharap DIA membimbing kita...
Kita berharap DIA Menetapkan syurga untuk kita...
Kita berharap pada Nya dan hanya pada Nya...
Kita berharap DIA memaafkan kita
Kita berharap DIA mengampuni kita..
Kita berharap DIA membimbing kita...
Kita berharap DIA Menetapkan syurga untuk kita...
Kita berharap pada Nya dan hanya pada Nya...
Dalam
semua aktivitas kita...
Dalam desah nafas kita
Dalam gerak langkah kaki kita
Dalam diam kita...
Marilah kita minta seperti Nabi meminta pada Nya...
Dalam desah nafas kita
Dalam gerak langkah kaki kita
Dalam diam kita...
Marilah kita minta seperti Nabi meminta pada Nya...
"Tetapkanlah
( gemuruh ) hatiku hanya (bergemuruh) di ataspada (din) Mu"
Walau ia
diucapkan oleh lisan... Namun aku merasakan bahwa itu adalah bahasa hati...
Jika Nabi
saw saja mengucapkan kata seperti itu... Maka seperti apa bahasa hati yang
terucap oleh lisan kita???
H Abdul
Latif Khan
Dulu Nabi yang kita kita itu sudah mengingatkan kita dalam doanya...
Dulu Nabi yang kita kita itu sudah mengingatkan kita dalam doanya...
Wahai
sang penguasa hati... Wahai yang membalik-balik hati...
Tetapkanlah gelora hatiku pada agama Mu"
Tetapkanlah gelora hatiku pada agama Mu"
Untuk
menyadari posisi kita di hadapan Allah sebenarnya kita berada antara takut dan
harap...
Takut dan harap itu adalah buah dari keimanan (Trust) kita pada Allah..
Takut dan harap itu adalah buah dari keimanan (Trust) kita pada Allah..
Dan kita
beriman karena kita tahu kita sangat lemah dan tak berdaya dalam menjalani
hidup ini jika sendiri...
Kita bahkan sama sekali tidak mengetahui... Apalagi menguasai kehidupan akhirat kita...
Allah lah yang Maha Mengetahui dan Menguasai nya...
Kita bahkan sama sekali tidak mengetahui... Apalagi menguasai kehidupan akhirat kita...
Allah lah yang Maha Mengetahui dan Menguasai nya...
Kita
Takut karena nafsu yang karakter aslinya hanya menyukai kesenangan ... Seringkali
berhasil memperlambat langkah tulus kita di jalan Allah...
Ia menahan kita untuk tilawah
Ia menahan kita untuk rutin bangun di waktu CINTA.. Waktu Allah menyapa kita dengan CINTA
Ia menahan kita untuk sungguh terlibat dalam dakwah...
Ia menahan kita dalam semua hal yang dia tak menyukai nya...
Kita takut...
Nafsu itu hanya menargetkan kesenangan sementara, sedangkan akibatnya adalah Murka..
Kita takut nafsu kita membisikkan rasa bangga dalam hati kita atas amal sholih kita...
Kita takut nafsu kita melampungkan diri kita pada sikap ujub karena kedudukan kita...
Kita takut... Dan takut itu karena beriman pada Allah..
Kita takut jika kelelahan dalam dakwah ini... Tekun nya kita di jalan ini... Terjangkiti virus yang akhirnya merusak segalanya...
Sehingga saat hisab ditegakkan...
Nafsu kita hanya tertunduk malu tak berdaya... Karena Rabb kita menetapkan keputusan yang paling ditakuti oleh iman kita...
Keputusan yang akhirnya membuyarkan semua mimpi keimanan kita...
Kita takut Allah marah pada kita...
Ia menahan kita untuk tilawah
Ia menahan kita untuk rutin bangun di waktu CINTA.. Waktu Allah menyapa kita dengan CINTA
Ia menahan kita untuk sungguh terlibat dalam dakwah...
Ia menahan kita dalam semua hal yang dia tak menyukai nya...
Kita takut...
Nafsu itu hanya menargetkan kesenangan sementara, sedangkan akibatnya adalah Murka..
Kita takut nafsu kita membisikkan rasa bangga dalam hati kita atas amal sholih kita...
Kita takut nafsu kita melampungkan diri kita pada sikap ujub karena kedudukan kita...
Kita takut... Dan takut itu karena beriman pada Allah..
Kita takut jika kelelahan dalam dakwah ini... Tekun nya kita di jalan ini... Terjangkiti virus yang akhirnya merusak segalanya...
Sehingga saat hisab ditegakkan...
Nafsu kita hanya tertunduk malu tak berdaya... Karena Rabb kita menetapkan keputusan yang paling ditakuti oleh iman kita...
Keputusan yang akhirnya membuyarkan semua mimpi keimanan kita...
Kita takut Allah marah pada kita...
Karena
itulah kita berharap.. Hanya padanya... Walau amat sangat sulitnya...
Kita berharap DIA memaafkan kita
Kita berharap DIA mengampuni kita..
Kita berharap DIA membimbing kita...
Kita berharap DIA Menetapkan syurga untuk kita...
Kita berharap pada Nya dan hanya pada Nya...
Kita berharap DIA memaafkan kita
Kita berharap DIA mengampuni kita..
Kita berharap DIA membimbing kita...
Kita berharap DIA Menetapkan syurga untuk kita...
Kita berharap pada Nya dan hanya pada Nya...
Dalam
semua aktivitas kita...
Dalam desah nafas kita
Dalam gerak langkah kaki kita
Dalam diam kita...
Marilah kita minta seperti Nabi meminta pada Nya...
Dalam desah nafas kita
Dalam gerak langkah kaki kita
Dalam diam kita...
Marilah kita minta seperti Nabi meminta pada Nya...
"Tetapkanlah
( gemuruh ) hatiku hanya (bergemuruh) di ataspada (din) Mu"
Walau ia
diucapkan oleh lisan... Namun aku merasakan bahwa itu adalah bahasa hati...
Jika Nabi
saw saja mengucapkan kata seperti itu... Maka seperti apa bahasa hati yang
terucap oleh lisan kita???
©H Abdul
Latif Khan
Reposted
by
® Rumah Dakwah Indonesia
=======================================================
® Rumah Dakwah Indonesia
=======================================================
Pertemuan
itu, Mengubah Pandangan RA Kartini Tentang Islam
dakwatuna.com – Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
dakwatuna.com – Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Mengenai
agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya
mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam
karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku
tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Alquran
terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa
dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di
sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku
pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca.
Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak
memberi artinya.
Aku
pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati.
Bukankah begitu Stella?
RA Kartini
melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902
yang dikirim ke Ny Abendanon.
Dan waktu
itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan
manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal
perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Jangan-jangan,
guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku
akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami
tidak boleh mengerti apa artinya.
Namun,
Kartini tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat,
Semarang — lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat. Adalah Nyonya
Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini.
Takdir,
menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat.
Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario
Hadiningrat, yang juga pamannya.
Kyai
Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun.
Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai
Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang
penceramah.
Ini bisa
dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah
tahu makna ayat-ayat itu.
Setelah
pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh
Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti
anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.
“Kyai,
perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu
menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.
Kyai
Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai
Sholeh balik bertanya.
“Kyai,
selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah,
surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,”
ujar Kartini.
Kyai
Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini
melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran
mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al
Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia
dan sejahtera bagi manusia?”
Dialog
berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata
apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh
untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.
Setelah
pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak
13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini
menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.
Surat
yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini
mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya,
Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh
meninggal dunia.
Kyai
Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini
tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27
Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.
Sudah
lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang
terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu
sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat
ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak
sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah
Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam
suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga
menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama
ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja
membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu
dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin
benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah. (ts/hr/rol)
Redaktur: Saiful
Bahri
Topik: RA
Kartini
Keyword: Islam, Kyai
Sholeh, RA Kartini
Sumber: http://www.dakwatuna.com//www.dakwatuna.com/2013/04/21/31833/pertemuan-itu-mengubah-pandangan-ra-kartini-tentang-islam/#ixzz3XrbFCJT4
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
Objektif Menilai Diri
Objektif Menilai Diri
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata,
“Beruntunglah
seseorang yang bersikap objektif menilai dirinya di hadapan Rabbnya.
Dia akan
mengakui kebodohan dirinya karena ilmu yang tidak dimengerti olehnya dan cacat
yang ada pada amal-amalnya, aib yang ada dalam dirinya, sikap meremehkan
kewajiban yang harus ditunaikan kepada-Nya, dan kezaliman yang diperbuatnya
dalam bermu’amalah.
Apabila
Allah menghukum dirinya akibat dosa-dosa itu maka dia memandangnya sebagai
bentuk keadilan dari-Nya.
Apabila
Allah tidak menghukumnya atas dosanya maka dia memandangnya sebagai keutamaan
dan karunia dari-Nya.
Apabila
dia melakukan kebaikan, maka dia memandang hal itu sebagai kenikmatan dan
pemberian Allah kepada dirinya.
Kemudian
apabila ternyata Allah mau menerima amalnya itu, itu artinya sebuah kenikmatan
dan pemberian yang kedua kalinya. Kalau seandainya Allah menolak amalannya,
maka dia akan menyadari bahwasanya amalan seperti itu memang tidak pantas untuk
dipersembahkan kepada-Nya.
Kalau dia
melakukan suatu keburukan/dosa, maka dia memandang hal itu akibat Allah
membiarkan dirinya dan tidak memperhatikannya atau karena Allah menahan
pemeliharaan atas dirinya, dan dia sadar bahwa hal itu merupakan suatu keadilan
dari Allah terhadap dirinya.
Maka
dalam keadaan itu dia bisa melihat betapa butuhnya dia kepada Rabbnya, betapa
besar kezaliman yang dia lakukan kepada dirinya sendiri.
Dan
apabila ternyata Allah mengampuni dosanya maka sesungguhnya hal itu murni
karena kebaikan dan kemurahan Allah kepada dirinya.
Yang
menjadi inti dan rahasia permasalahan ini adalah hamba tersebut tidak pernah
memandang Rabbnya kecuali sebagai sosok yang senantiasa melimpahkan kebaikan,
dan dia tidak menilai dirinya melainkan sebagai sosok orang yang bertingkah
buruk, melampaui batas, atau justru menyepelekan.
Dengan
begitulah dia bisa meyakini bahwa semua perkara kebaikan yang menggembirakannya
sebagai bentuk anugerah Rabbnya kepada dirinya dan kebaikan Allah kepadanya.
Adapun
semua perkara yang membuatnya sedih itu terjadi akibat dosanya sendiri dan
keadilan yang Allah terapkan kepadanya.”
(Al-Fawa’id,
hal. 36)
Reposted
by
®Rumah
Dakwah Indonesia
=====================================================
Jangan Pernah Putus Asa
Jangan Pernah Putus Asa
Iman
seseorang akan terlihat dengan jelas ketika menghadapi cobaan.
Ia terus
berdoa dengan sungguh-sungguh, walaupun tidak kunjung melihat tanda-tanda
dikabulkan.
Harapannya
tidak pernah berubah meski banyak alasan untuk putus asa.
Karena ia
tahu benar bahwa Tuhannya lebih mengetahui apa yang terbaik baginya dibanding
dirinya.
Tidakkah
Anda mendengar kisah Nabi Ya’kub ?
Beliau
didera cobaan selama 80 tahun, tapi harapannya tidak pernah berubah.
Ketika
dia kehilangan Bunyamin setelah kehilangan Yusuf, harapannya tetap tak berubah.
Dia
justru berkata,
عَسَى
اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya
kepadaku; sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS.
Yusuf : 83)
Jadi,
jangan sekali-kali anda merasa terlalu lama didera cobaan dan menggerutu karena
terlalu banyak berdoa.
Karena
Anda sedang diuji dan diminta untuk bersabar dan berdoa.
Jangan
pernah merasa putus asa dari rahmat Allah meski cobaan sudah lama mendera.
(Ibnul
Jauzi, Shaidul Khathir, hal. 552)
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
Artikel 22 april 2015
Kucing Miauw Miauw
Artikel 22 april 2015
Kucing Miauw Miauw
Dari
Kabsyah bintu Ka’ab bin Malik, bahwa beliau menjadi istri salah satu anak Abu
Qatadah. Suatu ketika sahabat Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu datang menjenguknya,
diapun menyiapkan air wudhu untuk bapak mertuanya.
Tiba-tiba
datang seekor kucing ingin minta minum air itu. Abu Qatadah-pun membiarkan
kucing itu untuk minum. Kabsyah melihat kejadian ini keheranan. Kemudian Abu
Qatadah menjelaskan, bahwa
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang kucing:
إنها ليست
بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات
“Kucing itu tidak najis. Kucing adalah binatang yang
sering berkeliaran di tengah-tengah kalian.” (HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud,
Turmudzi, dan dishahihkan al-Albani)
Dalam
riwayat lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan
وَقَدْ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ بِفَضْلِهَا
“Saya melihat Rasulullah berwudhu dengan air sisa minum
kucing.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).
Ibrahim
an-Nakhai mengatakan, seperti yang dinukil az-Zamakhsari
إنما
الهرة كبعض أهل البيت
“Kucing itu seperti bagian dari keluarga.”
Artinya,
sama sekali tidak najis badannya dan liurnya
Kajian
Rumaisyho.com
______________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
===========================================================
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
===========================================================
Tips
Memilih Sahabat
Al-Imam
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah berkata:
“Secara
umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat
berikut:
①orang yang berakal,
②memiliki akhlak yang baik,
③bukan orang fasik,
④bukan ahli bid’ah, &
⑤bukan orang yang rakus dengan dunia”
(Mukhtasar
Minhajul Qashidin 2/36)
Reposted
By
®Rumah Dakwah Indonesia
==========================================================
®Rumah Dakwah Indonesia
==========================================================
Mati Itu,
Ketika tak ada lagi doa
Yang ditujukkan kepada kita.
-ummu adib-
Ketika tak ada lagi doa
Yang ditujukkan kepada kita.
-ummu adib-
Kalimat
di atas memang sangat singkat, tetapi memiliki makna yang sangat dalam.
Seseorang
yang telah meninggal memiliki kesempatan mendapat aliran pahala kebaikan
melalui aliran doa:
dari doa insan² yang mengenalnya baik dari ilmu bermanfaat yang dimiliki oleh insan yang telah meninggal. Example : Para Imam Mahzab, Para Ulama.
dari doa insan² yang mengenal baik dan menggunakan manfaat materi yg diri tinggalkan (example : membangun masjid, jln raya)
dari doa insan² yang mengenalnya baik dari ilmu bermanfaat yang dimiliki oleh insan yang telah meninggal. Example : Para Imam Mahzab, Para Ulama.
dari doa insan² yang mengenal baik dan menggunakan manfaat materi yg diri tinggalkan (example : membangun masjid, jln raya)
ataupun
dari doa anak shalih.
Dari
ketiga hal tersebut ; walau telah meninggal, diri tetap mendapati aliran pahala
² kebajikan seperti diri masih hidup.
Namun,
insan yang benar² mati... adalah insan yg tidak mendapatkan doa² tersebut,
tidak mendapatkan aliran dari pahala ² tersebut.
Benar²
tidak memiliki anak yg shalih dan tidak ada siapapun yang mendoakan kelapangan
insan tersebut di akhirat.
MATI....
Hanya
menjalani siksa di barzah dan menanti siksa di neraka.
ﻧﻌﻮﺫ
ﺑﺎﻟﻠﻪ
©Ummu Adib
_______________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
Bismillah
dalam
Dhuha, semoga rangkaian kalimat & segelintir kata ini menjadi prestasi
'amal bagi penulis & pembaca
Ikhwatal
Iman..
seorang
Perindu Surga, munutup kesedihan nya dengan canda dan senyuman
tak ada
yg mengetahuinya kapan air mata nya terjatuh
disaat
beban yang di pikul nya bertambah dengan Keimanan nya semakin berkualitas, dia
tetap menutup air mata nya dengan senyuman
disaat banyak
orang sibuk menuntaskan masalah pribadi dan keluarganya, dia disibukkan
memikirkan masalah ummat dan banyak orang
disaat
keruh nya malam melalaikan banyak jiwa, dia terperanjat terbangun untuk
menunaikan malam bersama Robb-nya
lalu
disaat banyak orang saling menyalahkan, dia menghisab diri nya dengan Tangisan
penyesalan
dia
menatap setiap detik nya dengan prestasi untuk menggapai impian nya
dia
menatap setiap menit nya untuk mengkerdilkan angan-angan nya
dia
menatap setiap waktu untuk menjadi Makhluk yang di Rindukan Allohu Azza Wa
Jalla
serpihan
waktu telah menjadi bukti tentang prestasi 'amalnya dengan gemuruh kesungguhan
demi kemashlahatan ummat
pundak
nya sudah digadaikan, biarpun tak ada penghargaan dari manusia,
karena pujian makhluk sering menipu
kesederhanaan
menjadi prinsip dalam hidupnya karena kemewahan hanya menjadi fitnah dalam
kehidupan nya
dia
menggenggam dunia tetapi tidak mengikatnya, karena kenyamanan nya ada di setiap
sujud nya bersama Do'a
Lahaula
wala Quwwata illa billah
©Ustd.Meichal
Kusumadiya
________________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
________________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
====================================================
REKAPAN MATERI KELAS AQIDAH 2 AKHWAT RUMAH DAKWAH INDONESIA
REKAPAN MATERI KELAS AQIDAH 2 AKHWAT RUMAH DAKWAH INDONESIA
Hari/Tanggal
: Selasa/ 21 April 2015
Admin
& Notulen : Fildzah Fitriani & Ririn Oktafiani
Narasumber
: Ustadz H. A. Latif Khan
Tema :
Definisi beberapa terminologi aqidah
MUKADDIMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْه
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala
puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan
petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan
keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak
akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada
pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan
tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang
mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Segala
puji hanya bagi Allah yg telah memberikan kesempatan kepada kita untuk bersama2
mengikuti kajian online pada sore ini.
Sahabat
rumah dakwah indonesia dimanapun berada, di tengah-tengah kita, telah hadir
ustadz abdul latif khan yang akan menyampaikan materi pada kajian sore ini.
السلام عليكم ورحمة الله و بركات
RESUME
MATERI
4. SUNNAH
kata
Sunnah berasal dari bahasa Arab yang berarti cara (thariqah) dan jalan hidup (
sirah). Misalnya sabda Nabi saw
لتتبعن
سنن من كان قبلكم
"kamu akan mengikuti sunnah umat sebelum kamu"
Maksudnya
adalah "cara beragama mereka"
Dalam
hadist lain
من سنّ
سنة حسنة
"Siapa yang membuat sunnah yang baik"
Maksudnya
"Jalan hidup yang baik".
Terminologi
syari'at SUNNAH didefinisikan beragam sesuai dengan beragam disiplin ilmu
keislaman. Dan dapat diartikan "mengikuti aqidah yang benar yang telah
ditetapkan berdasarkan al Qur'an dan sunnah".
5. AL
FIQHUL AKBAR
Fiqh
berarti pemahaman. Kata ini kemudian digabungkan dengan kata AKBAR yang
tujuannya membedakan dengan AL FIQHUL ASGHAR yang biasa digunakan untuk
menunjukkan ilmu tentang halal haram serta berbagai masalah furu' dalam Islam.
Istilah
AL FIQHUL AKBAR mulai dikenal sejak abad ke II Hijriyah ketika Imam Abu Hanifah
menulis buku tentang aqidah salaf dan menamainya dengan nama ini, untuk
menunjukkan bahwa ia merupakan masalah penting dalam keseluruhan ajaran Islam.
6. AHL AL
SUNNAH WA AL JAMA'AH
SUNNAH
merupakan ungkapan kesetiaan mengikuti manhaj al Qur'an dan sunnah dalam segala
dimensinya, baik yang prinsip maupun yang tidak prinsip. Sedangkan kata JAMA'AH
berarti orang orang yang berkumpul. Sedangkan makna syar'i nya adalah
Rasulullah saw, para sahabat, para tabi'in, dan seluruh generasi yang ikut
mereka dengan baik hingga yaum al akhir
Jadi
makna AHL AL SUNNAH WA AL JAMA'AH adalah "orang yang mengikuti aqidah
Islam yang benar, komitmen dengan manhaj Rasulullah Saw bersama para sahabat
dan tabi'in dan semua generasi yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
kiamat.
7. AHLUL
HADIST
Maknanya
adalah orang orang yang dinisbatkan kepada orang yang menjadikan hadist
Rasulullah saw sebagai salah satu sumber penerimaan Aqidah Islam yang benar.
Sama saja mereka itu ulama hadist atau ulama Fiqh atau ulama ushul Fiqh atau
orang zuhud atau lainnya.
Disebut
Ahlul Hadist untuk membedakan dengan Ahlul Kalam yang menganggap akal harus
didahulukan atas hadist Rasulullah saw dalam bidang aqidah.
8. SALAF
menurut
syari'at maksudnya adalah para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan seluruh
generasi yang mengikuti mereka hingga hari kiamat dimana keadilan dan
kebersihan mereka telah diakui oleh umat secara Ijma', dan mereka pun tidak
pernah tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan.
Dari
pengertian di atas, salaf maksudnya merupakan ungkapan tentang
individu-individu tertentu atau manhaj tertentu yang mereka ikuti. Sementara
individu dimaksud adalah para sahabat, tabi'in dan Tabi'ut tabi'in.
KOREKSI
KESALAHAN
Terdapat
kesalahan anggapan bahwa salafiyyah mengacu kepada tahapan waktu tertentu.
Sementara mazhab Salaf mempunyai dua dimensi :
1)
dimensi qudwah; maksudnya orang dari 3 generasi utama dalam sejarah Islam
2) dimensi manhaj; maksudnya adalah sistem yang diikuti oleh ketiga generasi dari ketiga zaman tersebut dalam pemahaman aqidah, pengambilan dalil aqidah, penetapan muatan aqidah, ilmu dan iman.
2) dimensi manhaj; maksudnya adalah sistem yang diikuti oleh ketiga generasi dari ketiga zaman tersebut dalam pemahaman aqidah, pengambilan dalil aqidah, penetapan muatan aqidah, ilmu dan iman.
Oleh
karenanya mereka yang menyebut diri salafi tanpa mengikuti kriteria di atas
sama sekali tidak mengandung pujian karena dasarnya adalah makna kata bukan
pada lafaznya.
9. KHALAF
Maknanya
adalah orang yang tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau
kefasikan dan merupakan celaan yang ditujukan kepada individu atau kepercayaan.
Sua kata
SALAF dan KHALAF tidak mengacu kepada kurun waktu tertentu melainkan sistem dan
panutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa di zaman utama Islam juga terdapat
orang yang kekuar dari manhaj salaf.
CATATAN
Dari
semua keterangan terminologi aqidah Islam di atas (9 point) maka secara tematis
dapat disimpulkan pada dua hal :
1) aqidah
yang benar
Maka kata
Ushuludein, al Fiqh akbar dan tauhid, semuanya mengacu pada satu muatan ; yakni
Aqidah Islam yang benar.
2) Sistem
dan Anutan
Kata
Salaf, Ahl Al Hadist, Ahlus Sunnah, Ahlus sunnah wal Jama'ah semuanya merupakan
sebutan bagi muatan yang sama yaitu sifat yang menjadi karakter golongan yang
selamat, baik dalam meneladani generasi ketiga zaman utama mauapun sistem
penetapan muatan aqidah Islam yang benar dan pembelaan terhadapnya. Sedangkan
kata Khalaf mengacu pada sistem yang bertentangan dengan ,salaf.
TANYA
JAWAB
T : Maaf,
mau tnya.. apa yg dimaksudkan dgn furu' dalam Islam?
J : Furu
' maksudnya adalah cabang. Dalam fiqh adalah persoalan-persoalan yang bukan
utama. Dan cenderung tidak didukung dalil yang tegas sehingga membuka ruang
berbeda. Misalnya : Allah istiwa ( berdiam) di atas Arasy. Penjelasannya
tentangnya multi tafsir. Atau masalah yang di luar rukun iman.
T:
Afwan,, saya kurang paham apa itu tabi'in, tabi'ut tabi'in
J : Tabiin
itu sebutan untuk muslim yang hidup sezaman dengan sahabat Nabi. Dan mereka
bertemu dengan sahabat Nabi. Sementara Tabiut tabiin adalah muslim yang bertemu
dengan para tabiin
T: Yang
dimaksud 3 generasi utama dalam sejarah islam itu maksudnya gimana ?
J : Tiga
generasi utama itu adalah Nabi dan para sahabat ( generasi pertama), tabiin (
generasi kedua), tabiut tabiin (generasi ketiga).
Selengkapnya
silahkan kunjungi
rumahdakwah-indonesia.blogspot.com
=========================================================
rumahdakwah-indonesia.blogspot.com
=========================================================
#SahabatNabi
Khaulah binti Tsa'labah
Nama
lengkapnya adalah Khaulah binti tsa’labah bin Ashram bin Farah bin Tsa’labah
Ghanam bin ‘Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliau
dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit
Radhiallahu ‘anhu, yang senantiasa menyertai perang Badar dan perang Uhud dan
mengikuti seluruh peperangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan Aus
inilah Khaulah melahirkan anak laki-laki yang bernama Rabi’.
Suatu
ketika Khaulah binti Tsa’labah mendapati suaminya, Aus bin Shamit dalam suatu
masalah yang membuat Aus marah, dia berkata, “Bagiku engkau ini seperti
punggung ibuku.”
Kemudian
Aus keluar setelah mengatakan kalimat tersebut dan duduk bersama orang-orang
untuk beberapa lama. Selanjutnya Aus kembali ke Khaulah dan menginginkannya.
Akan tetapi kesadaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak
Aus, sampai jelas hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap kejadian diatas.
Khaulah
berkata, “Tidak… jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau
tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau
ucapkan terhadapku sehingga Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum
tentang peristiwa yang menimpa kita.
Selanjutnya
Khaulah menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia mencerita- kan
peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya.
Maksud
kedatangannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam tentang urusan tersebut. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu
tersebut … aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.”
Wanita
mukminah ini mengulangi perkataannya dan menjelaskan kepada Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang menimpa dirinya dan anaknya, jika
dia harus bercerai dengan suaminya, namun Rasulullah Shalalahu ‘alaihi wasallam
tetap menjawab, “Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya”.
Sesudah
peristiwa tersebut wanita mukminah ini senantiasa mengangkat kedua tangannya ke
langit sedangkan kedua di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan.
Kedua
matanya meneteskan air mata dan perasaan menyesal. Kemudian beliau berdo’a, “ya
Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang peristiwa yang menimpa
diriku”.
Alangkah
bagusnya apa yang dilakukan oleh Sahabiyah Khaulah Radhiallahu ‘anha, beliau
berdiri di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdialog
untuk meminta fatwa. Setelah turunnya fatwa, yang memberatkannya beliaupun
melakukan istighatsah (memohon pertolongan) dan mengadu hanya kepada Allah
Ta’ala. Ini menandakan kejernihan iman dan tauhid yang telah dipelajarinya dari
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Tiada
henti-hentinya wanita ini berdo’a sehingga suatu ketika Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam pingsan (sebagaimana biasanya beliau pingsan ketika menerima
wahyu). Kemudian setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sadar kembali,
beliau bersabda, “Wahai Khaulah, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menurunkan ayat Al-Qur’an tentang dirimu dan suamimu, kemudian beliau membaca
firman QS. Al-Mujadalah: 1-4, yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan [halnya] kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, … sampai firman
Allah: “dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih.”
Kemudian
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada Khaulah tentang
kafarat (tebusan) Zhihar :
Nabi :
“Perintahkan kepadanya (suami Khaulah) untuk memerdekakan seorang budak!”
Khaulah :
“Ya Rasulullah dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan."
Nabi :
"Jika demikian perintahkan kepadanya untuk shaum dua bulan
berturut-turut.”
Khaulah :
“Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum."
“Nabi :
“Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin."
“Khaulah
: “Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.”
Nabi :
“Aku bantu dengan separuhnya.”
Khaulah :
"Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.”
Nabi :
"Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai
kafarat baginya, kemudian bergaulah dengan anak pamanmu itu secara baik.”
Maka
Khaulahpun melaksanakannya.
Demikianlah
sebuah kisah tentang sahabiyah yang mengajukan suatu perkara yang terjadi di
rumah tangganya kepada Rasululllah, yang perkara Khaulah dan suaminya ini
merupakan permasalahan yang pertama kali terjadi di Umat Islam. Didalamnya
terkandung banyak pelajaran.
Selanjutnya
sahabiyah ini semasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, pernah
menghentikan Umar bin Khaththab pada saat berjalan. Beliau kemudian memberikan
nasehat-nasehat kepada Umar.
Khaulah
berkata, “Wahai Umar, aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair
(Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau menggembala kambing
dengan tongkatmu. Kemudian berlalulah hari demi hari, sehingga Engkau memiliki
nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu.
Ketahuilah
barangsiapa takut kepada maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan
barangsiapa yang takut mati maka dia akan takut kehilangan dan barangsiapa
yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap adzab Allah.” Beliau katakan
hal itu sementara Umar bin Khaththab berdiri sambil menundukkan kepalanya dan
mendengar perkataannya.
Akan
tetapi al-Jarud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan atas hal
ini, kemudian berkata kepada Khaulah, “Engkau telah berbicara banyak
(keterlaluan) kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!”
Mendengar
hal ini Umar balas menegur al-Jarud, “Biarkan dia … tahukah kamu siapakah dia?
Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang
ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya.”
Dalam
riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak
menyudahi nasehatnya kepadaku sampai malam hari, maka aku tidak akan
menyudahinya sehingga beliau menyelesaikan hal yang dikehendakinya, kecuali
jika telah datang waktu shalat, maka aku akan mengerjakan shalat, kemudian
kembali mendengarkannya sampai selesai keperluannya.”
Sumber :
- Kitab
Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr
asy-Syalabi.
__________________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
=============================================================
REKAPAN MATERI KELAS AQIDAH 3 AKHWAT RUMAH DAKWAH INDONESIA
REKAPAN MATERI KELAS AQIDAH 3 AKHWAT RUMAH DAKWAH INDONESIA
Hari/Tanggal:
Selasa/21 April 2015
Admin
& Notulen: Indah & Umiyati
Narasumber:
Bunda Malik
Tema:
Definisi beberapa Terminologi Aqidah
MUKADDIMAH
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh...
بسم الله
الرحمن الرحيم
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْه
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala
puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan
petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan
keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak
akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada
pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan
keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja
yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Segala
puji hanya bagi Allah yg telah memberikan kesempatan kepada kita untuk bersama2
mengikuti kajian online pada siang ini.
Sahabat
rumah dakwah indonesia dimanapun berada, di tengah-tengah kita, telah hadir
bunda malik yang akan menyampaikan materi pada kajian siang ini.
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
RESUME
MATERI
DEFINISI
BEBERAPA TERMINOLOGI AQIDAH
4. SUNNAH
kata
Sunnah berasal dari bahasa Arab yang berarti cara (thariqah) dan jalan hidup (
sirah). Misalnya sabda Nabi saw
لتتبعن
سنن من كان قبلكم
"kamu akan mengikuti sunnah umat sebelum kamu"
Maksudnya
adalah "cara beragama mereka"
Dalam
hadist lain
من سنّ
سنة حسنة
"Siapa yang membuat sunnah yang baik"
Maksudnya
"Jalan hidup yang baik".
Terminologi
syari'at SUNNAH didefinisikan beragam sesuai dengan beragam disiplin ilmu
keislaman. Dan dapat diartikan "mengikuti aqidah yang benar yang telah
ditetapkan berdasarkan al Qur'an dan sunnah".
5. AL
FIQHUL AKBAR
Fiqh
berarti pemahaman. Kata ini kemudian digabungkan dengan kata AKBAR yang
tujuannya membedakan dengan AL FIQHUL ASGHAR yang biasa digunakan untuk
menunjukkan ilmu tentang halal haram serta berbagai masalah furu' dalam Islam.
Istilah
AL FIQHUL AKBAR mulai dikenal sejak abad ke II Hijriyah ketika Imam Abu Hanifah
menulis buku tentang aqidah salaf dan menamainya dengan nama ini, untuk
menunjukkan bahwa ia merupakan masalah penting dalam keseluruhan ajaran Islam.
6. AHL AL
SUNNAH WA AL JAMA'AH
SUNNAH
merupakan ungkapan kesetiaan mengikuti manhaj al Qur'an dan sunnah dalam segala
dimensinya, baik yang prinsip maupun yang tidak prinsip. Sedangkan kata JAMA'AH
berarti orang orang yang berkumpul. Sedangkan makna syar'i nya adalah
Rasulullah saw, para sahabat, para tabi'in, dan seluruh generasi yang ikut
mereka dengan baik hingga yaum al akhir
Jadi
makna AHL AL SUNNAH WA AL JAMA'AH adalah "orang yang mengikuti aqidah
Islam yang benar, komitmen dengan manhaj Rasulullah Saw bersama para sahabat
dan tabi'in dan semua generasi yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
kiamat.
7. AHLUL
HADIST
Maknanya
adalah orang orang yang dinisbatkan kepada orang yang menjadikan hadist
Rasulullah saw sebagai salah satu sumber penerimaan Aqidah Islam yang benar.
Sama saja mereka itu ulama hadist atau ulama Fiqh atau ulama ushul Fiqh atau
orang zuhud atau lainnya.
Disebut
Ahlul Hadist untuk membedakan dengan Ahlul Kalam yang menganggap akal harus
didahulukan atas hadist Rasulullah saw dalam bidang aqidah.
8. SALAF
menurut
syari'at maksudnya adalah para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan seluruh
generasi yang mengikuti mereka hingga hari kiamat dimana keadilan dan
kebersihan mereka telah diakui oleh umat secara Ijma', dan mereka pun tidak
pernah tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan.
Dari
pengertian di atas, salaf maksudnya merupakan ungkapan tentang individu-individu
tertentu atau manhaj tertentu yang mereka ikuti. Sementara individu dimaksud
adalah para sahabat, tabi'in dan Tabi'ut tabi'in.
KOREKSI
KESALAHAN
Terdapat
kesalahan anggapan bahwa salafiyyah mengacu kepada tahapan waktu tertentu.
Sementara mazhab Salaf mempunyai dua dimensi :
1)
dimensi qudwah; maksudnya orang dari 3 generasi utama dalam sejarah Islam
2) dimensi manhaj; maksudnya adalah sistem yang diikuti oleh ketiga generasi dari ketiga zaman tersebut dalam pemahaman aqidah, pengambilan dalil aqidah, penetapan muatan aqidah, ilmu dan iman.
2) dimensi manhaj; maksudnya adalah sistem yang diikuti oleh ketiga generasi dari ketiga zaman tersebut dalam pemahaman aqidah, pengambilan dalil aqidah, penetapan muatan aqidah, ilmu dan iman.
Oleh
karenanya mereka yang menyebut diri salafi tanpa mengikuti kriteria di atas
sama sekali tidak mengandung pujian karena dasarnya adalah makna kata bukan
pada lafaznya.
9. KHALAF
Maknanya
adalah orang yang tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau
kefasikan dan merupakan celaan yang ditujukan kepada individu atau kepercayaan.
Sua kata
SALAF dan KHALAF tidak mengacu kepada kurun waktu tertentu melainkan sistem dan
panutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa di zaman utama Islam juga terdapat
orang yang kekuar dari manhaj salaf.
CATATAN
Dari
semua keterangan terminologi aqidah Islam di atas (9 point) maka secara tematis
dapat disimpulkan pada dua hal :
1) aqidah
yang benar
Maka kata
Ushuludein, al Fiqh akbar dan tauhid, semuanya mengacu pada satu muatan ; yakni
Aqidah Islam yang benar.
2) Sistem
dan Anutan
Kata
Salaf, Ahl Al Hadist, Ahlus Sunnah, Ahlus sunnah wal Jama'ah semuanya merupakan
sebutan bagi muatan yang sama yaitu sifat yang menjadi karakter golongan yang
selamat, baik dalam meneladani generasi ketiga zaman utama mauapun sistem
penetapan muatan aqidah Islam yang benar dan pembelaan terhadapnya. Sedangkan
kata Khalaf mengacu pada sistem yang bertentangan dengan salaf.
SESI
TANYA JAWAB
T: Yg di
maksud dg Ahlul hadist?
Agar tahu
kalau hadist tersebut lemah/kuat gimana?
J: Ahlul
Hadits adalah mereka yang mempunyai perhatian terhadap hadits baik riwayat
maupun dirayah, mereka bersungguh-sungguh dalam mempelajari hadits-hadits Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam dan.............
Untuk
selengkapnya, silahkan kunjungi alamat Website kami: rumah-indonesia.blogspot.com
® Rumah
Dakwah Indonesia
=============================================================
=============================================================
ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦ
ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔُُ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ
ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨﻜَﺮِ
ﻭَﺃُﻭْﻻَﺋِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
ﻭَﺃُﻭْﻻَﺋِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
"Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
mereka adalah orang-orang yang beruntung".
[Ali Imran:104].
ﺍُﺩْﻉُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﺒِﻴْﻞِ
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
mereka adalah orang-orang yang beruntung".
[Ali Imran:104].
ﺍُﺩْﻉُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﺒِﻴْﻞِ
______________________
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar