Artikel 29 April 2015
Prinsip Dalam Menerima Kebaikan
Syaikh Muhammad Shalih Al 'Utsaimin رحمه الله menjelaskan :
Semua orang yang berbuat baik kepadamu
ter-istimewa dalam urusan agama, nasehat-menasehati, mengajak kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar...
Sesungguhnya ini mengharuskan bagimu untuk
mencintai dan menyayanginya...
Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sebagian
orang sekarang ini...
Bila engkau mengajaknya kepada yang ma'ruf dan
mencegahnya dari perbuatan munkar atau engkau ajak kepada kebaikan atau engkau
bimbing kepada petunjuk...
terkadang akan terbawa dalam hatinya rasa benci
kepadamu...
Ini jelas menyelisihi akal sehat dan agama...!
(Kitab Syarah Iqtidho' As Shirothil Al Mustaqim
279)
Oleh : Ustadz Muhammad Nur Huda
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
============================================
Ilmu Melahirkan Tawadhu’
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan
adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah
pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya.
Dan semakin bertambah amalnya maka semakin
meningkat pula rasa takut dan waspadanya.
Setiap kali bertambah usianya maka semakin
berkuranglah ketamakan nafsunya.
Setiap kali bertambah hartanya maka
bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali
bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan
manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap
rendah hati kepada mereka.”
(Al-Fawa’id, hal. 149)
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
❤Pertanyaan di Suatu Majlis Taklim.❤
Suatu saat pd sesi tanya jawab kajian.
Penanya : Wahai Syeikh, Ibuku tinggal menumpang
bersamaku di rumahku & terjadi masalah antara Beliau dg istriku.
Syeikh: Ulangi pertanyaanmu..!!
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di rumahku.
Syeikh : Coba ulangi pertanyaanmu..!!
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku di
rumahku.
Syeikh : Ulangi lagi pertanyaanmu..!!
Penanya : Ibuku tinggal menumpang bersamaku.
Syeikh : Ulangi sekali lagi pertanyaanmu..!!
Penanya : Wahai Syeikh, tolong biarkan aku
menyelesaikan dulu pertanyaanku, jangan Anda potong.
Syeikh : Pertanyaanmu salah, yang benar
engkaulah yang hidup menumpang pada ibumu, meski rumah itu milikmu & atas
namamu..
Penanya : Iya Syeikh, kalau demikian selesai
sudah permasalahannya..
Syeikh : Jangan durhaka wahai anak, jangan
durhaka wahai menantu..!!
Kamu dengan seluruh hartamu adalah milik ibumu,
RasululLah SAW bersabda: "Engkau dan semua
hartamu adalah milik Ayah Ibumu".. [HR. Ibnu Majah no. 2291]
Ya Allah jadikan hari2 kami penuh dengan bakti
kami kepada orangtua kami.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ibnu Majah Rohimakumullahu ta’ala, dari
sahabat Utsman Ibn Affan Rodhiyallahu ‘anhu:
“Barangsiapa yang akhirat menjadi obsesinya,
maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan melancarkan semua urusannya, menjadikan
hatinya terasa kaya, dan dunia akan datang
kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan,
barangsiapa yang dunia menjadi obsesinya, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan
mengacaukan semua urusannya, menjadikan hatinya miskin, dan dunia akan datang
kepadanya sebatas yang ditakdirkan kepadanya.”
(HR Ibnu Majah, no. 4095)
Wallahu a'lam. (Group AMWA)
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
=================================================
Tipuan gaya Baru
Pagi tadi saya melihat sebuah video pencurian
mobil yang dilakukan dengan cara yang sederhana namun cukup cerdas. Si pencuri
mengikatkan beberapa kaleng di bagian belakang mobil yang sedang di parkir di
parkiran. Kemudian ia bersembunyi sampai si pemilik mobil datang. Saat ia
menjalankan mobil maka terdengarlah suara berisik dari arah belakang, maka ia
keluar dari mobil untuk mencari tahu apa yang terjadi di belakang.
Saat ia turun tanpa sadar ia membiarkan mobil
dalam keadaan hidup dengan pintu terbuka. Maka si pencuri mengambil celah
kelengahan pengemudi ini dengan buru-buru membawa pergi mobil itu.
****
Saya melihat kondisi seperti itulah yang sedang
dilakoni oleh para pegiat "perampok Indonesia" Hanya dengan membuat
sedikit keributan yang dilakoni oleh satu dua orang, maka mereka melakukan
"perampokan negeri ini dalam senyap".
Lihatlah data berikut yang saya dapat dari
copas
Pengukuhan pengurus GAPKI (Gabungan Pengusaha
Kebun) di hotel Borobudur pagi ini. Menteri Pertanian yg membidangi tak hadir.
Luhut B Panjaitan ambil kendali, dan dia emang diberi kewenangan oleh Keppres
untuk mengambil alih tugas2 kementerian (dgn nama Pengendalian dan Percepatan).
Dari sambutannya dpt disimpulkan:
1. Pembangunan infrastruktur, dialokasikan kpd
RRT.
2. Sektor Perkebunan dan Migas, jatah Iran.
- Kontrak: 50 tahun.
- Karena ambil "borongan" maka
berbagai harga dpt diskon.
INILAH REALITA POLITIK YG KITA HADAPI BUNG!!!
1. Kiblat beralih dari USA dan Arab
Saudi/Timteng kepada RRT dan IRAN.
2. Aktifitas bisnis Iran di Indo akan
memperkuat juga Financial dan SDM gerakan2 Syiah.
3. Kebisingan yg dibuat Ahok hanya "pengalih
perhatian" dari strategi2 besar lainnya.
4. Biarkan para ustadz Indo sibuk dgn Timur
Tengah, tapi halaman belakang muslim Indonesia sdh terambil.
Setelah sektor Perdagangan dan Perbankan (hilir
dan hulu Ekonomi Moneter), sekarang sektor Infrastruktur serta Perkebunan &
Migas (hilir dan hulu Ekonomi Real) mereka kuasai. Belum lagi sektor Media
untuk mengendalikan Opini Publik.
****
Kondisi dimaksud cukup mengenaskan. Cuma
sedikit jadikan Ahok kompor gas 3 kiloan yang meledak yang suara ledakannya
misalnya " Nabi saja tidak bisa lenyapkan prostitusi", "Pelacur
dan rumah kos pelacur di beri sertifikat", "apa ada orang mabuk minum
bir?" ,dll memang telah membuat kita terusik. Di samping gaya cengengesan
Big Boss yang juga sering menjadi headline TV yang memang kebanyakan dari
kalangan mereka.
Plan untuk "Rampok Indonesia" dan
geser "sakralitas" umat Islam sebagai kelompok mayoritas bangsa dan
lemahkan fungsi dan wibawanya ternyata berjalan sesuai schedule.
Beware
Maha Benar Allah yang mengatakan bahwa kita
harus bershaff dalam dakwah dan jihad, kita harus membentuk Team Work dakwah
yang handal. Serta harus menyadari bahwa menjadi muslim bukan sekedar harus
menjadi orang baik, tapi menularkan kebaikan itu pada semua orang. Dan itu
harus dilakukan secara progresif.
Hati-hari dengan "Tokoh kaleng
Rombeng" semacam Ahok. Karena setidaknya dia begitu ampuh buat pengalihan
isu. Di samping "Tokoh Kaleng Rombeng" lain nya. Kita tidak harus
menghabiskan energi tuk hadapi model tokoh macam itu. Cukup Tim kecil saja yang
mengurusinya. Sementara kita harus fokus pada persoalan besar baik dalam skala
global dan Lokal.
***
"Kaleng Rombeng" itu bisa tokoh, bisa
isu peristiwa, bisa juga batu akik dan hal lain yang berserak. Sementara mereka
memiliki Grand Design yang secara sistematis berjalan.
Allah bersama kita, Allah sebaik-baik pembuat
makar.
Seharusnya jika kita "pedang" maka
kita bukan "pedang pajangan"
Medan, 29 April 2015
©Ust. Latif khan
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
®Rumah Dakwah Indonesia
=============================================
Duhai
Allah...
Di petang yang indah ini,
kami memohon agar Engkau
membersihkan hati kami dari rasa khawatir
yang menjadikan kebaikan tampil seperti
kerugian,
dan menjauhkan kami dari rasa malas
yang menjadikan kesempatan baik
seperti beban yang merepotkan.
Berkahilah kami dengan hati yang tegas,
dan keberanian untuk melakukan
yang sudah kami ketahui sebagai yang benar.
Dampingilah kerja keras kami hari ini.
Baikkanlah hasil kami,
indahkanlah hubungan kami dengan sesama,
penuhilah hari kami dengan canda dan tawa, dan
kedamaian.
Lengkapilah kehidupan kami dengan cinta
yang indah dalam kemesraannya
dan kokoh dalam kesetiaannya.
Duhai Allah, jadikanlah kami jiwa-jiwa
sejahtera
yang berbahagia dalam keberserahan yang damai
kepadaMu.
Kami mohon agar Engkau mendamaikan,
menyejahterakan, dan membahagiakan kami.
Aamiin
(MT)
©DR.Agus Setiawan.LC
___________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
==============================================
Menghidupkan malam memang berat dan penuh
tantangan, apalagi jika cuaca sedang musim dingin atau musim hujan. Imam
al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjelaskan, ada empat perkara yang bisa
dilakukan berkaitan dengan kondisi batin yang memudahkan untuk bangun malam.
Pertama, hendaknya menjaga hati aman dari sikap
dengki dan benci kepada kaum muslimin, menjauhkan diri dari bid’ah dan jangan
memikirkan dunia secara berlebihan.
Kedua, hendaknya memelihara dengan ketat rasa
takut kepada Allah Ta’ala. Apabila seseorang berfikir keras terhadap neraka
jahanam dan huru hara akhirat, maka ia akan mengurangi tidur, bahkan sulit
tidur.
Ketiga, hendaknya mengetahui keutamaan bangun
malam dan shalat malam. Bangun malam adalah cara terbaik untuk membina hubungan
dengan Allah Ta’ala.
Keempat, hendaknya cinta kepada Nya. Ketika
cinta kepada Allah ada, maka akan gemar pada kesunyian dan bercengkrama dengan
Nya, serta lezat dan nyaman dalam berdoa kepada Nya.
Sumber : Ihya Ulumuddin
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
===========================================
Carilah Celah Untuk Memberi, Bukan Mengambil
Tatkala engkau memperbaiki niatmu,
saat itulah Allah memperbaiki keadaanmu ...
Ketika engkau menginginkan kebaikan untuk orang
lain,
maka kebaikan itu datang kepadamu dari arah
yang tidak engkau kira ...
❤Di saat kita hidup untuk membuat orang lain
bahagia,
Allah menjadikan orang lain membahagiakan kita
...
Maka carilah selalu celah untuk
"memberi", bukan "mengambil" ...
Setiap kali engkau memberi,
maka di saat itulah engkau diberi (oleh Allah)
tanpa engkau meminta ...
(Syaikh Shalih Al-Maghamisi, Imam Masjid Quba
-Al-Madinah An-Nabawiyyah- Kingdom of Saudi Arabia)
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
================================================
Sebab Bertambahnya Iman
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
-rahimahullah- berkata:
"Di antara sebab-sebab bertambahnya iman
adalah dengan meninggalkan perbuatan maksiat lantaran takut adzab Allah Azza wa
Jalla.
Manakala dorongan untuk bermaksiat begitu kuat
pada diri seseorang maka meninggalkan kemaksiatan itu termasuk sikap yang
sangat agung.
✈Sebab, meninggalkan kemaksiatan di saat
dorongan melakukannya begitu kuat menunjukkan kuatnya iman seorang hamba dengan
mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah dan RasulNya -shalallaahu alaihi wa
sallam- dibandingkan hawa nafsunya."
(Fathu
Rabbil Bariyyah bi Talkhis Hamuwiyah halaman 105)
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
================================================
Objektif Menilai Diri
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Beruntunglah seseorang yang bersikap objektif
menilai dirinya di hadapan Rabbnya.
Dia akan mengakui kebodohan dirinya karena ilmu
yang tidak dimengerti olehnya dan cacat yang ada pada amal-amalnya, aib yang
ada dalam dirinya, sikap meremehkan kewajiban yang harus ditunaikan kepada-Nya,
dan kezaliman yang diperbuatnya dalam bermu’amalah.
Apabila Allah menghukum dirinya akibat
dosa-dosa itu maka dia memandangnya sebagai bentuk keadilan dari-Nya.
♦Apabila Allah tidak menghukumnya atas dosanya
maka dia memandangnya sebagai keutamaan dan karunia dari-Nya.
Apabila dia melakukan kebaikan, maka dia
memandang hal itu sebagai kenikmatan dan pemberian Allah kepada dirinya.
Kemudian apabila ternyata Allah mau menerima
amalnya itu, itu artinya sebuah kenikmatan dan pemberian yang kedua kalinya.
Kalau seandainya Allah menolak amalannya, maka dia akan menyadari bahwasanya
amalan seperti itu memang tidak pantas untuk dipersembahkan kepada-Nya.
Kalau dia melakukan suatu keburukan/dosa, maka
dia memandang hal itu akibat Allah membiarkan dirinya dan tidak
memperhatikannya atau karena Allah menahan pemeliharaan atas dirinya, dan dia
sadar bahwa hal itu merupakan suatu keadilan dari Allah terhadap dirinya.
Maka dalam keadaan itu dia bisa melihat betapa
butuhnya dia kepada Rabbnya, betapa besar kezaliman yang dia lakukan kepada
dirinya sendiri.
Dan apabila ternyata Allah mengampuni dosanya
maka sesungguhnya hal itu murni karena kebaikan dan kemurahan Allah kepada
dirinya.
Yang menjadi inti dan rahasia permasalahan ini
adalah hamba tersebut tidak pernah memandang Rabbnya kecuali sebagai sosok yang
senantiasa melimpahkan kebaikan, dan dia tidak menilai dirinya melainkan
sebagai sosok orang yang bertingkah buruk, melampaui batas, atau justru
menyepelekan.
Dengan begitulah dia bisa meyakini bahwa semua
perkara kebaikan yang menggembirakannya sebagai bentuk anugerah Rabbnya kepada
dirinya dan kebaikan Allah kepadanya.
Adapun semua perkara yang membuatnya sedih itu
terjadi akibat dosanya sendiri dan keadilan yang Allah terapkan kepadanya.”
(Al-Fawa’id, hal. 36)
______&&______
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar