Bersikap Ramah Kepada Tetangga
Tetangga yang ramah adalah tetangga yang menyambut kepada
tetangga yang baru dengan cara:
✏ Memulai untuk mengunjunginya
✏ Mengucapkan selamat datang kepada tetangganya yang menempati
rumahnya yang baru
✏ Mendorong keluarganya untuk mengunjungi keluarga tetangganya
✏ Mendorong keluarganya untuk berkenalan dengan tetangganya
✏ Mendorong keluarganya untuk membantu kebutuhan-kebutuhan
rumahnya yang baru
✏ Mendorong keluarganya untuk memperkenalkan tetangganya yang
baru kepada tetangganya yang lain.
Apakah ada alasan di sisi Allah kelak pada hari kiamat tatkala
anda tidak bisa menunaikan hak tetangga anda?
Padahal Rasulullah telah memberitahukan dengan sabdanya:
"Berapa banyak tetangga yang haknya masih terkait dengan
tetangganya pada hari kiamat, ia berkata Wahai Rabku ini ia telah menutup
pintunya dihadapanku sehingga menghalangiku untuk mengenalnya"
( HR, Bukhori dalam Adabu Mufrod no 111).
Apakah ada alasan bagi keluarga anda untuk menutup diri untuk
tidak berkenalan dengan tetangga-tetangganya?
Padahal Rasulullah telah berpesan kepada wanita-wanita muslimah
dengan sabdanya,
“Wahai wanita-wanita muslimah janganlah kalian meremehkan
tetangga yang memberi hadiah kepada tetangganya walaupun secuil daging”
( HR, Bukhori dalam Shahihnya no 2566).
Begitu pula sikap tetangga yang baru menempati rumahnya
sepantasnya membuka dirinya dengan sikap ramah kepada tetangga-tetangganya yang
lama yang ada di sekelilingnya, karena tetangga yang lama yang ada di samping
rumah anda, dalam hatinya sebenarnya berandai - andai kalau :
✏ Anda -sebagai tetangga baru - mendorong diri mereka untuk
berkenalan dengan anda baik dengan satu ucapan, atau dengan undangan anda.
✏ Mengunjungi anda tatkala anda sedang mengundang teman-teman
anda baik yang satu kantor atau satu majlis ta'lim untuk makan-makan atau ramah
tamah dalam rangka menempati rumah anda yang baru.
Intinya : Sepantasnya tetangga saling pengertian
Mudah-mudahan bermanfa'at
Oleh : Nuruddin Abu Faynan
Reposted by
® Rumah Dakwah Indonesia
=================================
® Rumah Dakwah Indonesia
=================================
@salimafillah
1) Ada 2 hal yang sering membuat kita kagum; ucapan &
penampilan. Dan bukan cuma pada kita Allah memperingatkan tuk hati-hati dalam
takjub.
2) Bahkan RasuluLlahpun diwanti-wanti oleh Allah agar takjub itu
tak meruyak; karena seringkali yang menakjubkan adalah justru yang merusak.
3) Tentang ucap yang mengagumkan; Allah menyatakan; "Dan di
antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menakjubkanmu..
4) ..dan dipersaksikannya kepada Allah atas kebenaran isi
hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras." {QS2:204}.
ShadaqaLlah.
5) Muhammad ibn Ka'b Al Qurazhi menyatakan, "Ayat ini turun
tentang seorang lelaki munafiq; kemudian ia berlaku umum bagi orang yang
dalam..
6) ..hatinya ada penyakit; yang mengira dapat mengelabui Allah
& kaum mukminin dengan ucapannya yang fasih, indah, & mempesona tapi
menipu."
7) Maka kita diperingatkan dari ucapan yang berbahaya ini; tak
perlu takjub pada pembicaraan yang berbunga & berpermata tentang hidup
dunia.
8) Adapun tentang penampilan; Allah menyatakan; "Dan
apabila kalian melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kalian kagum. Dan
jika..
9) ..mereka berkata kalian mendengarkan perkataan mereka. Mereka
adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap..
10) ..teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah
musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka.." {QS63:4}
11) Ibn Katsir mentafsir, "Maksudnya mereka mempunyai
penampilan yang bagus; (tubuhnya, pakaiannya, perhiasannya) & sangat fasih
berbicara."
12) "Jika ada yang mendengar ucapan mereka yang penuh
logika, retorika, & sastra pasti akan tertarik. Tapi hakikatnya mereka
lemah jiwanya."
13) "Mereka berada dalam puncak kegamangan, kegelisahan,
kekhawatiran, rasa takut, & tumbuh sebagai pengecut di dalam diri mereka
sendiri."
14) Maka kitapun diingatkan tuk tidak mudah takjub &
terkejut pada ucapan & penampilan macam itu. Kata orang Jawa; Aja Gumunan,
Aja Kagetan.
15) AstaghfiruLlah; yang bicara inipun mungkin termasuk si
pentakjub; atau bahkan dilekati sifat munafiq nan ucap & penampilannya
berbahaya.
16) Tapi mari Shalih(in+at); simak Taujih Allah ini;
"Orang-orang yang MENDENGARKAN perkataan lalu MENGIKUTI yang PALING BAIK
di antaranya..
17) ..Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk
dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal." {QS39:18}. ShadaqaLlah.
18) Semoga Allah menjaga kita agar tak termasuk para pemfasih
lidah yang mencari dalih; atau para penampil pesona yang hanya memburu dunia.
19) Semoga Allah menjaga kita agar tak mudah tertipu oleh kilau
gemerlap bergincu manis; agar tak terpesona oleh ucapan nifaq ahli dunia.
20) Semoga Allah karuniakan pada kita hidayah & ilmu yang
menajamkan akal & menjernihkan fikir; untuk menyimak kekata & mengikut
terbaiknya.
Reposted By
® Rumah Dakwah Indonesia
===========================================
® Rumah Dakwah Indonesia
===========================================
Seringkali diri berdiam diri, tak pedulikan dimana tempat
berpijak dan waktu kala bersandar.
Keletihan, dengan berbagai problematika kehidupan yang menghampiri.
Naik... Turun... Berjalan... Berlari... Terantuk batu, terjatuh dan kemudian
mau tidak mau harus bangkit lagi.
Rabbana...
Keletihan kadang menguasai diri dan hati. Merunduk, menangis... Kadang hadir rasa tak kuasa untuk hadapi.
Keletihan kadang menguasai diri dan hati. Merunduk, menangis... Kadang hadir rasa tak kuasa untuk hadapi.
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELETIHAN, atau
penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang
melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.”
[HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573]
[HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573]
Ketahuilah saudariku sayang...
Keletihan yg diri dapati dengan niatan karena Rabb, menjadi suatu penghapus berbagai noda dosa, menjadi penggugur kealpaan² diri. Tiada yang sia-sia saat diri terus berusaha menjernihkan hati, berusaha membersamai Rabb.
Keletihan yg diri dapati dengan niatan karena Rabb, menjadi suatu penghapus berbagai noda dosa, menjadi penggugur kealpaan² diri. Tiada yang sia-sia saat diri terus berusaha menjernihkan hati, berusaha membersamai Rabb.
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka
Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya
yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya.
Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan
menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya,
dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”
[HR. Tirmidzi no. 2465]
[HR. Tirmidzi no. 2465]
Namun saat diri letih hanya dengan kekosongan tanpa niatan
karena Allah. Di dunia terdampar tanpa titian. Di akhirat tertampar tanpa
tepian. أسْتغْفر الّله الْعظيْم
Saudariku sayang...
Keletihan dan harapan saja tidak cukup untuk mendapati apa yang diri rindukan. Syurga-Nya.
Keletihan dan harapan saja tidak cukup untuk mendapati apa yang diri rindukan. Syurga-Nya.
DEKATI Pemiliknya.
LAKSANAKAN Sunnah kekasih-Nya!
LETIH diri menuju Rabb berhadiah SYURGA.
LETIH diri mengejar dunia tanpa arah, berujung SIKSA.
Sama² letih, karena ini masih dunia.
Pencapaian akhirnya, diri kita yg memilah.
LAKSANAKAN Sunnah kekasih-Nya!
LETIH diri menuju Rabb berhadiah SYURGA.
LETIH diri mengejar dunia tanpa arah, berujung SIKSA.
Sama² letih, karena ini masih dunia.
Pencapaian akhirnya, diri kita yg memilah.
BERSABARlah sayang... letih dunia hanya SESAAT.
#Semangat Tilawah
#Semangat Menjadi Pribadi Indah
#Semangat Menjadi Pribadi Indah
-ummu adib-
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
==================================
®Rumah Dakwah Indonesia
==================================
14 APRIL 2015
HADIST NABI
Dari Abdullah bin Amr ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
أربع إذا كنّ فيك فلا عليك ما فاتك من الدنيا :
١. حفظ أمانة
٢. و صدق حديث
٣. و حسن خليقة
٤. و عفّة في طعمة
١. حفظ أمانة
٢. و صدق حديث
٣. و حسن خليقة
٤. و عفّة في طعمة
Empat perkara sekiranya kamu memilikinya, maka kamu tidak akan
ditimpa (balasan) terhadap apa yang tidak kamu perbuat di dunia :
1. Menjaga amanah
2. Berbicara jujur
3. Berakhlak baik
4. Menjaga makanan
1. Menjaga amanah
2. Berbicara jujur
3. Berakhlak baik
4. Menjaga makanan
Al Jami' libni Wahab no 533, al Jami' as shogir no 873, at
Targhib wa Tarhib no 1718 dan as Shahihah no 733
©Ustad Latif Khan
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
============================================
ABI TERCINTA
〰〰〰〰〰
ABI TERCINTA
〰〰〰〰〰
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang
ikut suaminya merantau di luar kota atau di luar negeri, yang sedang bersekolah
atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya… Akan sering merasa kangen sekali
dengan Umminya.
❓Lalu bagaimana dengan Abi?
Mungkin karena Ummi lebih sering menelepon untuk menanyakan
keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Abi-lah yang
mengingatkan Ummi untuk menelponmu?
sewaktu kamu kecil, Ummi-lah yang lebih sering mengajakmu
bercerita.
Tapi tahukah kamu,bahwa sepulang Abi bekerja dan dengan wajah
lelah Abi selalu menanyakan pada Ummi tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…. Abi
biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Abi menganggapmu bisa, Abi akan melepaskan roda
bantu di sepedamu
Kemudian Ummi bilang “Jangan dulu Abi, jangan dilepas dulu roda
Ummi takut putri manisnya terjatuh
Tapi sadarkah kamu? Bahwa Abi dengan yakin akan membiarkanmu,
menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri
kecilnya "PASTI BISA"
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang
baru, Ummi menatapmu iba. Tetapi Abi akan mengatakan dengan tegas : “Boleh,
kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Abi melakukan itu karena abi tidak ingin kamu
menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi
⏰Saat kamu sakit pilek, Abi yang
terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “sudah di bilang! Kamu jangan
minum air dingin"
Berbeda dengan Ummi yang memperhatikan dan menasehatimu dengan
lembut. Ketahuilah, saat itu abi benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
🌈Ketika kamu sudah beranjak
remaja… Kamu mulai menuntut pada Abi untuk dapat izin keluar malam, dan Abi
bersikap tegas dan mengatakan :
"Tidak Boleh!!!"
Tahukah kamu, bahwa Abi melakukan itu untuk menjagamu? Karena
bagi Abi, kamu adalah sesuatu yang sangat-snagat luar biasa berharga
Setelah itu kamu marah pada Abi, dan masuk ke kamar sambil
membanting pintu
Dan yang datang mengetuk pintu dan membujukmu agar tidak marah
adalah ummi...
Tahukah kamu, bahwa saat itu Abi memejamkan matanya dan menahan
gejolak dalam batinnya, Bahwa Abi sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi
lagi-lagi dia HARUS menjagamu
Ketika kamu menjadi gadis dewasa… Dan kamu harus pergi belajar
dikota lain
Tahukah kamu bahwa badan Abi terasa kaku untuk memelukmu? Abi
hanya tersenyum sambil member nasehat ini-itu, dan menyuruhmu untuk
berhati-hati, Padahal Abi ingin sekali menangis seperti Ummi dan memelukmu
erat-erat
Yang Abi lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut
matanya, Dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”
Abi melakukan itu semua agar kamu KUAT… kuat untuk pergi dan
menjadi dewasa.
Di saat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan
kehidupanmu
Orang yang pertama mengerutkan kening adalah Abi.
⛵Abi pasti berusaha keras mencari
jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, Dan
Abi tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…
Kata-kata yang keluar dari mulut abi adalah: “Tidak … Tidak
bisa” Padahal dalam batin Abi, ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti
Abi belikan untukmu”
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Abi merasa gagal membuat
anaknya tersenyum
Sampai saat seseorang datang ke rumah dan meminta izin pada Abi
untuk mengambilmu darinya.
⤵Abi sangat berhati-hati meberikan
izin … karena Abi tahu… Bahwa lelaki itulah yang akan
menggantikan posisinya nanti.
↪Dan akhirnya … Saat Abi melihatmu duduk bersama
seseorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya,
Abi pun tersenyum bahagia ...
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Abi pergi ke
belakang sebentar , dan menangis?
Abi menangis karena Abi sangat berbahagia, kemudian Abi berdoa …
Dalam lirih doanya kepada Rabb, Abi
“Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik"
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang
cantik …
✨Bahagiakanlah ia bersama suaminya
Setelah itu Abi hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama
cucu-cucunya Yang sesekali datang untuk menjeguk …
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih … Dari badan serta
lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya…
Abi telah menyelesaikan tugasnya …
Abi, Ayah, Bapak, atau Abah kita … Adalah sosok yang harus
terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis… Dia harus
terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu..
☑Dan dia adalah orang yang pertama yang selalu yakin bahwa
“KAMU BISA Menjadi WANITA
SHOLIHAH” dalam segala hal…
sumber: dr. Abu Hana El-Firdan dalam bukunya
Reposted By
®Rumah Dakwah indonesia
============================================
®Rumah Dakwah indonesia
============================================
Agar Musibah Anda Berpahala...
Agar Kesedihan Anda Seakan Tiada
Seringkali seseorang sangat sedih ketika kehilangan uang, atau
didenda, atau kecurian, atau dibegal, atau musibah lainnya...
Memang ini manusiawi, tapi alangkah ruginya bila kita tidak
mendapatkan pahala darinya... Dan alangkah terobatinya hati ini bila dengannya
kita mendapatkan pahala.
Dan itulah yg diinginkan oleh Agama Islam yg mulia ini, cobalah
renungkan beberapa syariat berikut ini:
1. Dzikir saat musibah menimpa.
قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَل
"Ini adalah takdir Allah, apapun
yg Dia kehendaki, pasti Dia lakukan".
Ulangilah dzikir ini beberapa kali dan ingatkan diri Anda akan
kandungan maknanya, hingga Anda benar-benar meresapinya.
Tidak lain, agar hati Anda rela dengan apa yg terjadi, karena
itu adalah putusan Allah yg harus berjalan sesuai kehendakNya, dan Dia telah
memberikan banyak kenikmatan di sepanjang hidup Anda.
Sungguh tidak ada pilihan yang lebih baik saat musibah menimpa,
kecuali menjalankan dua syariat berikut ini :
2. Doa saat tertimpa musibah.
اَللَّهُمَّ اأْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ
خَيْرًا مِنْهَا
"Ya Allah berikanlah PAHALA
kepadaku karena musibahku, dan berikanlah ganti untukku sesuatu yg lebih baik
darinya".
Alangkah pas dan baiknya doa ini, cobalah mengulang-ulangnya
saat tertimpa musibah... sehingga doa Anda dikabulkan, dan Anda mendapatkan
pahala, sekaligus ganti yg lebih baik dariNya.
3. Bersabar dalam
menghadapinya.
Ini bukan berarti pasrah, namun menerima musibah tersebut dg
lapang dada, sembari melakukan perbaikan keadaan semampunya.
Ini juga akan mendatangkan pahala dan kebaikan, tentunya kita
masih ingat sabda Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-:
"Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin, semua
keadaannya adalah kebaikan.
Jika dia mendapatkan kenikmatan dia bersyukur, maka itu adalah
kebaikan untuknya.
Sebaliknya, bila dia tertimpa musibah, dia BERSABAR, maka itupun
menjadi kebaikan untuknya".
Sungguh, tiga syariat yg mendatangkan kebaikan untuk umat Islam
saat musibah menimpa: mulai dari ketegaran jiwa, pahala yg akan kekal
selamanya, dan ganti yang lebih baik saat di dunia.
Intinya, saat musibah menimpa... berdzikirlah, berdoalah, dan
bersabarlah, sehingga kita mendapatkan kebaikan di akherat dan juga di dunia.
Oleh : Ustadz Musyaffa Ad-Dariny
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
®Rumah Dakwah Indonesia
=========================================
DARI MADRASAH NUBUWWAH
DARI MADRASAH NUBUWWAH
Amat sangat terkejutnya Abu Dzar dengan reaksi kemarahan
Rasulullah saw atas apa yang baru dilakukannya.
Akhirnya ia pergi menjumpai Bilal ra. Ia meletakkan kepalanya di
atas tanah dan meminta Bilal ra untuk menginjak wajahnya dengan kakinya.
Namun... Bilal hanya tersenyum dan mengatakan " Aku memaafkanmu wahai Abu
Dzar!"
****
Tetap saja Abu Dzar tidak tenang hatinya. Bukannya ia tidak
berbahagia dengan pernyataan memaafkan dari Bilal ra. Tapi kemarahan Rasulullah
saw padanya, adalah hal yang amat mengguncang dirinya. Ternyata ia masih
menyimpan perilaku Jahiliyyah. Ia mengira dirinya lebih tinggi karena warna
kulitnya...
Sehingga ia mencela Bilal dengan sebutan "Wahai anak
Perempuan Hitam". Sebutan yang pada pada kenyataannya memang seperti
itulah Bilal ra. Melainkan bahwa kata itu muncul dari sikap merendahkan,
menghina dan mencela.
***
Bilal ra amat sangat terganggu dengan sebutan itu. Sebutan itu
bukan hanya mencela dirinya, tapi ibunya, sukunya, kemanusiaannya. Celaan yang
menganggap bahwa ada manusia yang lebih manusia daripada dirinya.
Bilal sudah cukup lama merasakan penghinaan kemanusiaannya. Dan
dalam Islam ia menemukan sesuatu yang beda, bahwa semua manusia sama. Kemuliaan
bukan karena harta, nasab keturunan, ataupun jabatan, melainkan taqwa. Dan
taqwa itu sepenuhnya kemampuan mewujudnyatakan rasa keimanan kepada Allah dan
Rasul Nya di hadapan seluruh manusia. Taqwa adalah kemampuan untuk
menempatkan diri tetap mulia di hadapan Allah sementara dia berada di tengah
komunitas manusia, seperti apapun dinamika kemanusiaan itu.
Namun hari itu kesadaran dan kemerdekaannya sebagai manusia
bertaqwa terganggu, karena pernyataan saudaranya yang juga di bina di madrasah
nubuwwah.
Jika kemarin ia direndahkan karena ia berada di tengah komunitas
manusia yang tak tunduk pada Allah, tak percaya pada Rasulullah saw. Namun kini
kalimat merendahkan itu datang dari saudaranya Abu Dzar...
Itulah sebabnya ia mantap mengadu pada Rasulullah saw... Bahwa
Abu Dzar telah menghinanya...
Pengaduan itu akhirnya menyebabkan kemarahan Rasulullah saw. Dan
sama kita ketahui akhirnya Abu Dzar begitu menyesalnya dan meminta Bilal untuk
menginjak wajahnya.
****
Ya
Bilal ra hanya senyum dan mengatakan "aku memaafkanmu!" Dia sudah merasakan betapa tak menyenangkan hidup dalam perbudakan manusia. Ia sudah cukup lega. Bahwa Abu Dzar ra hanya sedikit lalai... Bahwa antara dia dan Abu Dzar tidak lagi ada perbedaan kemuliaan.
Antara dia dan Abu Dzar ra hanya ada cinta dan ia tidak mau membiarkan cinta itu dirusak oleh kesombongan jahiliyyah. Antara dia dan Abu Dzar ra tidak boleh lagi mengira diri lebih ....
Antara dia dan Abu Dzar hanya di bedakan oleh kelas ketaqwaan di hadapan Allah.
Bilal ra hanya senyum dan mengatakan "aku memaafkanmu!" Dia sudah merasakan betapa tak menyenangkan hidup dalam perbudakan manusia. Ia sudah cukup lega. Bahwa Abu Dzar ra hanya sedikit lalai... Bahwa antara dia dan Abu Dzar tidak lagi ada perbedaan kemuliaan.
Antara dia dan Abu Dzar ra hanya ada cinta dan ia tidak mau membiarkan cinta itu dirusak oleh kesombongan jahiliyyah. Antara dia dan Abu Dzar ra tidak boleh lagi mengira diri lebih ....
Antara dia dan Abu Dzar hanya di bedakan oleh kelas ketaqwaan di hadapan Allah.
Antara dia dan Abu Dzar hanyalah hamba-hamba hina di hadapan
Allah yang telah dimuliakan dengan karunia Islam dan harus disyukuri dengan
menjadi muslim total.
****
H Abdul Latif Khan
® Rumah Dakwah Indonesia
=======================================
ARTIKEL 15 APRIL 2015
ARTIKEL 15 APRIL 2015
Assalaamu'alaik um warohmatullohi wabarokaatuh
Mungkin banyak yang sudah melupakan buku Ghirah dan Tantangan
Terhadap Islam karya Buya Hamka. Buku itu memang tipis saja, nampak tidak
sebanding dengan koleksi masif seperti Tafsir Al Azhar, namun tipisnya buku
tidak identik dengan kurangnya isi, apalagi pendeknya visi. Sesuai judulnya,
buku tersebut membahas masalah-masalah seputar ghirah dengan bercermin pada
kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Meskipun buku ini diterbitkan pada awal
tahun 1980-an, pada kenyataannya masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil
untuk dipraktekkan dalam kehidupan di masa kini.
Buya Hamka memulai uraiannya dengan sebuah kasus yang
dijumpainya di Medan pada tahun 1938. Seorang pemuda ditangkap karena membunuh
seorang pemuda lain yang telah berbuat tidak senonoh dengan saudara
perempuannya. Sang pemuda pembunuh itu pun dihukum 15 tahun penjara. Akan
tetapi, tidak sebagaimana narapidana pada umumnya, sang pemuda menerima hukuman
dengan kepala tegak, bahkan penuh kebanggaan. Menurutnya, 15 tahun di penjara
karena membela kehormatan keluarga jauh lebih mulia daripada hidup bebas 15
tahun dalam keadaan membiarakan saudara perempuannya berbuat hina dengan
orang.
Dalam sejarah peradaban Indonesia, suku-suku lain pun memiliki
semangat yang tidak kalah tingginya dalam menebus kehormatan. Menurut Hamka,
bangsa-bangsa Barat sudah lama mengetahui sifat ini. Mereka telah berkali-kali
dikejutkan dengan ringannya tangan orang Bugis untuk membunuh orang kalau
kehormatannya disinggung. Demikian pula orang Madura, jika dipenjara karena
membela kehormatan diri, setelah bebas dari penjara ia akan disambut oleh
keluarganya, dibelikan pakaian baru dan sebagainya. Orang Melayu pun dikenal
gagah perkasa kalau sampai harga dirinya disinggung. Bila malu telah ditebus,
biasanya mereka akan menyerahkan diri pada polisi dan menerima hukuman yang
dijatuhkan dengan baik.
Di masa lalu, anak-anak perempuan di ranah Minang betul-betul
dijaga. Para pemuda biasa tidur di surau untuk menjaga kampung, salah satunya
untuk menjaga agar anak-anak gadis tidak terjerumus dalam perbuatan atau pergaulan
yang menodai kehormatan kampung. Pergaulan antara lelaki dan perempuan
dibolehkan, namun ada batas-batas tegas yang jangan sampai dilanggar. Kalau ada
minat, boleh disampaikan langsung kepada orang tua.
Di jaman Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. dulu pernah ada
juga kejadian dahsyat yang berawal dari suatu peristiwa (yang mungkin dianggap)
kecil saja. Seorang perempuan datang membawa perhiasannya ke seorang tukang
sepuh Yahudi dari kalangan Bani Qainuqa’. Selagi tukang sepuh itu bekerja, ia duduk
menunggu. Datanglah sekelompok orang Yahudi meminta perempuan itu membuka
penutup mukanya, namun ia menolak. Tanpa sepengetahuanny a, si tukang sepuh
diam-diam menyangkutkan pakaiannya, sehingga auratnya terbuka ketika ia
berdiri. Jeritan sang Muslimah, yang dilatari oleh suara tawa orang-orang
Yahudi tadi, terdengar oleh seorang pemuda Muslim. Sang pemuda dengan sigap
membunuh si tukang sepuh, kemudian ia pun dibunuh oleh orang-orang Yahudi.
Perbuatan yang mungkin pada awalnya dianggap sebagai candaan saja, dianggap
sebagai sebuah insiden serius oleh kaum Muslimin. Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam. pun langsung memerintahkan pengepungan kepada Bani Qainuqa’ sampai
mereka menyerah dan semuanya diusir dari kota Madinah.
Itulah ghirah, yang diterjemahkan oleh Buya Hamka sebagai
“kecemburuan”.
Penjajahan kolonial di Indonesia membawa masuk pengaruh Barat
dalam pergaulan muda-mudi bangsa Indonesia. Pergaulan lelaki dan perempuan
menjadi semakin bebas, sejalan dengan masifnya serbuan film-film Barat. Batas
aurat semakin berkurang, sedangkan kaum perempuan bebas bekerja di
kantor-kantor. Demi karir, mereka rela diwajibkan berpakaian minim, sedangkan
keluarganya pun merasa terhormat jika mereka punya karir, tidak peduli
bagaimana caranya. Tidak ada lagi kecemburuan.
Tidak ada yang boleh marah melihat anak perempuannya digandeng
pemuda yang entah dari mana datangnya. Suami harus lapang dada kalau istrinya
pergi bekerja dengan standar berpakaian yang jauh dari syariat, karena itulah
yang disebut “tuntutan pekerjaan”.
Sesungguhnya ghirah itu merupakan bagian dari ajaran agama.
Pemuda Muslim yang membela saudarinya dari gangguan orang-orang Yahudi Bani
Qainuqa’ menjawab jerit tangisnya karena adanya ikatan aqidah yang begitu kuat.
Menghina seorang Muslimah sama dengan merendahkan umat Islam secara
keseluruhan.
Ghirah adalah konsekuensi iman itu sendiri. Orang yang beriman
akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agamanya itu akan didahulukan
daripada keselamatan dirinya sendiri. Bangsa-bangsa penjajah pun telah mengerti
tabiat umat Islam yang semacam ini. Perlahan-lahan, dikulitinyalah ghirah umat.
Jika rasa cemburunya sudah lenyap, sirnalah perlawanannya.
Buya Hamka mengkritik keras umat Muslim yang memuji-muji Mahatma
Gandhi tanpa pengetahuan yang memadai. Gandhi memang dikenal luas sebagai tokoh
perdamaian yang menganjurkan sikap saling menghormati di antara umat beragama,
bahkan ia pernah mengatakan bahwa semua agama dihormati sebagaimana agamanya
sendiri. Pada kenyataannya, Gandhi berkali-kali membujuk orang-orang dekatnya
yang telah beralih kepada agama Islam agar kembali memeluk agama Hindu. Kalau
tidak dituruti keinginannya, Gandhi rela mogok makan. Itulah sikap sejatinya,
yang begitu cemburu pada Islam, sehingga tidak menginginkan Islam bangkit, apalagi
memperoleh kemerdekaan dengan berdirinya negara Pakistan.
Dua dasawarsa lebih berlalu dari wafatnya Hamka, nyatalah bahwa
hilangnya ghirah adalah salah satu masalah terbesar yang menggerogoti umat
Islam di Indonesia. Sekarang, orang tua pun rela menyokong habis-habisan anak
perempuannya untuk menjadi mangsa dunia hiburan. Para ibu mendampingi
putri-putrinya mendaftarkan diri di kontes-kontes model dan kecantikan, yang
sebenarnya hanya nama samaran dari kontes mengobral aurat.
Kalau kepada putri sendiri sudah lenyap kepeduliannya, kepada
agamanya pun begitu. Makanan fast food dikejar karena prestise, tak peduli
keuntungannya melayang ke Israel untuk dibelikan sebutir peluru yang akhirnya
bersarang di kepala seorang bayi di Palestina. Kalau dulu seluruh kekuatan
militer umat Islam dikerahkan untuk mengepung Bani Qainuqa’ hanya karena satu
Muslimah dihina oleh tukang sepuh, maka kini jutaan perempuan Muslimah
diperkosa, jutaan kepala bayi diremukkan dan jutaan pemuda dibunuh, namun tak
ada satu angkatan bersenjata pun yang datang menolong.
Luar biasa generasi anak-cucu Buya Hamka, karena mereka telah
benar-benar mati rasa dengan agamanya sendiri. Ketika anak-anak muda
dibombardir dengan pornografi, maka umatlah yang dipaksa diam dengan alasan
kebebasan berekspresi. Tari-tarian erotis digelar sampai ke kampung-kampung
yang penduduknya tak punya cukup nasi di dapurnya, hingga yang terpikir oleh
mereka hanya jalan-jalan yang serba pintas. Ramai orang mengaku nabi, sementara
para pemuka masyarakat justru menyuruh umat Islam untuk berlapang dada saja.
Padahal yang mengaku-ngaku nabi ini ajarannya tidak jauh berbeda: syariat
direndahkan, kewajiban-kewaj iban dihapuskan, para pengikut disuruh
mengumpulkan uang tanpa peduli caranya, orang lain dikafirkan, bahkan para
pengikutnya yang perempuan disuruh memberikan kehormatannya pada sang nabi
palsu. Atas nama Hak Asasi Manusia, umat disuruh rela berbagi nama Islam dengan
para pemuja syahwat.
Atas nama toleransi, dulu umat Islam digugat karena penjelasan
untuk Surah Al-Ikhlash dalam buku pelajaran agama Islam dianggap melecehkan
doktrin trinitas. Kini, atas nama pluralisme, umat Islam dipaksa untuk mengakui
bahwa semua agama itu sama-sama baik, sama-sama benar, dan semua bisa masuk
surga melalui agamanya masing-masing. Maka pantaslah bagi kita untuk
merenungkan kembali pesan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar ketika menjelaskan
makna dari ayat ke-9 dalam Surah Al-Mumtahanah:
...orang yang mengaku dirinya seorang Islam tetapi dia berkata;
“Bagi saya segala agama itu adalah sama saja, karena sama-sama baik tujuannya.”
Orang yang berkata begini nyatalah bahwa tidak ada agama yang mengisi hatinya.
Kalau dia mengatakan dirinya Islam, maka perkataannya itu tidak sesuai dengan
kenyataannya. Karena bagi orang Islam sejati, agama yang sebenarnya itu hanya
Islam.
"Kecemburuan adalah konsekuensi logis dari cinta. Tak ada
cemburu, mustahil ada cinta."
Dan apabila Ghirah telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat
kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke
dalam keranda dan hantarkan ke kuburan. (Buya Hamka)
Wassalaamu'alai kum warohmatullohi wabarokaatuh
“Wahai yang bersemangat lemah, sesungguhnya jalan ini padanya
Nuh menjadi tua, Yahya dibunuh, Zakariya digergaji, Ibrahim dilemparkan ke api
yang membara, dan Muhammad disiksa, dan engkau menginginkan Islam yang mudah,
yang mendatangi kedua kakimu?” ~ Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Dikutip dari tulisan
Ustz Akmal S. Jafri
http://www.islamedia.co/2
Ustz Akmal S. Jafri
http://www.islamedia.co/2
®Rumah Dakwah Indonesia
================================================
================================================
Dua dasawarsa lebih berlalu dari wafatnya Hamka, nyatalah bahwa
hilangnya ghirah adalah salah satu masalah terbesar yang menggerogoti umat
Islam di Indonesia. Sekarang, orang tua pun rela menyokong habis-habisan anak
perempuannya untuk menjadi mangsa dunia hiburan. Para ibu mendampingi
putri-putrinya mendaftarkan diri di kontes-kontes model dan kecantikan, yang
sebenarnya hanya nama samaran dari kontes mengobral aurat.
Kalau kepada putri sendiri sudah lenyap kepeduliannya, kepada
agamanya pun begitu. Makanan fast food dikejar karena prestise, tak peduli
keuntungannya melayang ke Israel untuk dibelikan sebutir peluru yang akhirnya
bersarang di kepala seorang bayi di Palestina. Kalau dulu seluruh kekuatan
militer umat Islam dikerahkan untuk mengepung Bani Qainuqa’ hanya karena satu
Muslimah dihina oleh tukang sepuh, maka kini jutaan perempuan Muslimah
diperkosa, jutaan kepala bayi diremukkan dan jutaan pemuda dibunuh, namun tak
ada satu angkatan bersenjata pun yang datang menolong.
Luar biasa generasi anak-cucu Buya Hamka, karena mereka telah
benar-benar mati rasa dengan agamanya sendiri. Ketika anak-anak muda
dibombardir dengan pornografi, maka umatlah yang dipaksa diam dengan alasan
kebebasan berekspresi. Tari-tarian erotis digelar sampai ke kampung-kampung
yang penduduknya tak punya cukup nasi di dapurnya, hingga yang terpikir oleh
mereka hanya jalan-jalan yang serba pintas. Ramai orang mengaku nabi, sementara
para pemuka masyarakat justru menyuruh umat Islam untuk berlapang dada saja.
Padahal yang mengaku-ngaku nabi ini ajarannya tidak jauh berbeda: syariat
direndahkan, kewajiban-kewaj iban dihapuskan, para pengikut disuruh
mengumpulkan uang tanpa peduli caranya, orang lain dikafirkan, bahkan para
pengikutnya yang perempuan disuruh memberikan kehormatannya pada sang nabi
palsu. Atas nama Hak Asasi Manusia, umat disuruh rela berbagi nama Islam dengan
para pemuja syahwat.
Atas nama toleransi, dulu umat Islam digugat karena penjelasan
untuk Surah Al-Ikhlash dalam buku pelajaran agama Islam dianggap melecehkan
doktrin trinitas. Kini, atas nama pluralisme, umat Islam dipaksa untuk mengakui
bahwa semua agama itu sama-sama baik, sama-sama benar, dan semua bisa masuk
surga melalui agamanya masing-masing. Maka pantaslah bagi kita untuk
merenungkan kembali pesan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar ketika menjelaskan
makna dari ayat ke-9 dalam Surah Al-Mumtahanah:
...orang yang mengaku dirinya seorang Islam tetapi dia berkata;
“Bagi saya segala agama itu adalah sama saja, karena sama-sama baik tujuannya.”
Orang yang berkata begini nyatalah bahwa tidak ada agama yang mengisi hatinya.
Kalau dia mengatakan dirinya Islam, maka perkataannya itu tidak sesuai dengan
kenyataannya. Karena bagi orang Islam sejati, agama yang sebenarnya itu hanya
Islam.
"Kecemburuan adalah konsekuensi logis dari cinta. Tak ada
cemburu, mustahil ada cinta."
Dan apabila Ghirah telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat
kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke
dalam keranda dan hantarkan ke kuburan. (Buya Hamka)
Wassalaamu'alai kum warohmatullohi wabarokaatuh
“Wahai yang bersemangat lemah, sesungguhnya jalan ini padanya
Nuh menjadi tua, Yahya dibunuh, Zakariya digergaji, Ibrahim dilemparkan ke api
yang membara, dan Muhammad disiksa, dan engkau menginginkan Islam yang mudah,
yang mendatangi kedua kakimu?” ~ Ibnu Qayyim al-Jauziyah ~
(DR. Agus Setiawan)
®Rumah Dakwah Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar