Oleh: Rudifillah el Karo
(Waketum Rumah Dakwah Indonesia)
Cinta adalah kata yang memiliki banyak Defenisi, tergantung pada
siapa kita bertanya dan kepada siapa cinta itu ditujukan. Jatuh cinta
seringnya menjadi sumber masalah bagi manusia jika tidak dikelola dengan
baik.
Kecuali mereka yang melabuhkan perasaanya tersebut pada
orang-orang yang telah halal baginya (suami atau istrinya), atau bentuk
cintanya adalah cinta yang berlandaskan kasih sayang bukan karena nafsu
seperti kecintaan Rasulullah pada ummatnya, kecintaan ibu pada anaknya
atau yang lainnya.
Cinta pada lawan jenis yang belum halal
seringkali menjadi sumber bencana bagi pelakunya, ini disebabkan karena
cinta adalah perasaan yang harus dilabuhkan.
Pelabuhan cinta pada lawan jenis akan diikuti perasaan dan tindakan-tindakan lain yang mengiringi perasaan tersebut.
Mereka harus bertemu, berinteraksi, mengungkapkan perasaan dengan tindakan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma Islam.
Pelabuhan cinta pada lawan jenis akan diikuti perasaan dan tindakan-tindakan lain yang mengiringi perasaan tersebut.
Mereka harus bertemu, berinteraksi, mengungkapkan perasaan dengan tindakan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma Islam.
Cinta sebenarnya adalah anugrah dari Allah
yang harus disyukuri dan dijaga, namun jika berlabuh pada dermaga yang
salah akan menjadi masalah. Pelakunya akan "Selingkuh Sebelum Menikah".
Maksudnya adalah cinta yang harusnya dia berikan pada pasangan hidupnya malah dia berikan pada orang lain meski dia belum tahu dia kelak akan jadi suaminya, ini jelas perbuatan Selingkuh.
Maksudnya adalah cinta yang harusnya dia berikan pada pasangan hidupnya malah dia berikan pada orang lain meski dia belum tahu dia kelak akan jadi suaminya, ini jelas perbuatan Selingkuh.
Pertama kali lahir
ke dunia kita sudah diperkenalkan Allah dengan cinta kepada kedua orang
tua kita. Namun kemudian kita tidak pernah mengatakannya jatuh cinta
padahal cinta inilah yang menjaga kita sampai kita mengenal manusia lain
di dunia ini. Kemudian saat remaja mulai tumbuh rasa suka pada lawan
jenis. Gadis bertemu jejaka. Pandang mata melahirkan suka. Interaksi
demi Interaksi melahirkan cinta.
“Dijadikan indah pada pandangan
manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
[Ali Imron: 14].
[Ali Imron: 14].
Abu Muhammad bin Hazm pernah berkata :
“Ada seorang laki-laki berkata kepada Amirul Mukminin, Umar bin
Al-Khattab, ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya saya melihat seorang
wanita lalu saya sangat cinta kepadanya.’ Umar berkata, ‘Itu adalah
sesuatu yang tak bisa dibendung’.”
Cinta kepada lawan jenis kita
adalah fithrah setiap manusia. Perasaan ini tak bisa kita tolak
bagaimana pun juga. Namun penting bagi kita untuk mengelolanya agar ia
hanya tumbuh dan berkembang hanya kepada orang-orang yang telah Allah
halalkan.
Rasa cinta terhadap lawan jenis adalah hal yang biasa, namun hal ini harus segera diakhiri dengan pernikahan.
Jika belum mampu menjalaninya, maka alternatif terbaik adalah menjaga pergaulan dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif, menundukkan pandangan, berpuasa atau menuntut ilmu. Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola hati kita, untuk menjaga diri dari bahaya Perasaan yang Allah haramkan :
Jika belum mampu menjalaninya, maka alternatif terbaik adalah menjaga pergaulan dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif, menundukkan pandangan, berpuasa atau menuntut ilmu. Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola hati kita, untuk menjaga diri dari bahaya Perasaan yang Allah haramkan :
1. Menikah.
Menikah
adalah salah satu ibadah yang pahalanya paling besar, maka beruntunglah
kita yang sudah menikah. Dalam penikahan membuat pasangan tersenyum saja
sudah ibadah, apalagi ibadah-ibadah lainnya. Selain itu menikah mampu
membendung perasaan yang menggebu-gebu karena menikah menimbulkan
ketenangan dan kenyamanan. Hal ini juga Allah terangkan dalam firmannya :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan
sayang.......”
(Ar-Ruum 21).
(Ar-Ruum 21).
Pilihan ini adalah pilihan yang terbaik dari semua pilihan yang ada.
2. Menghentikannya sebelum menjadi bencana.
“Dan janganlah kamu mendekati zina.”
[Al Isra’: 32].
[Al Isra’: 32].
Timbulnya rasa cinta akan mengawali beberapa fase yang akan terus
berlanjut. Oleh karena itu, seseorang harus memupus bisikan hati,
pikiran, mimpi kosong, angan-angan selangit demi menutup celah bagi
keburukan yang besar. Caranya adalah dengan menyibukkan hati dengan
ibadah dan aktivitasseperti pekerjaan dakwah. Jika terus dibiarkan rasa
cinta itu akan terus menguat dan pada akhirnya berujung pada hilangnya
kesejukan hati dalam beribadah.
3. Intropeksi.
Tanyakan
hati kenapa kita harus jatuh cinta. Kemudian lihat kelemahan yang ada
pada diri kita seperti usia yang masih muda, pengetahuan yang masih
minim, penghasilan yang belum ada, kuliah yang masih panjang. Dan
sadarilah bahwa terlalu dini jika harus terlibat dengan
ungkapan-ungkapan cinta padahal orang yang kita sukai tidak akan bisa
didapatkan untuk saat sekarang. Maka baiknya perbaiki diri agar menjadi
terbaik untuk pasangan kita saat Allah pertemukan kita dengan pasangan
terbaik.
4. Cari kesibukan yang banyak.
Kesibukan yang
banyak akan mampu menjaga kita tetap dalam jalur yang benar dalam
mendefenisikan dan memposisikan perasaan. Apalagi kesibukan tersebut
adalah kesibukan-kesibukan yang bernilai Ibadah seperti Dakwah, menuntut
ilmu dan mecari nafkah. Namun ini dilakukan jika kita benar-benar belum
siap untuk menikah. Karena sering sekali manusia salah dalam mengukur
kesiapannya untuk menikah. Ini yang sering membuat mereka takut untuk
menikah.
Poin terpenting terakhir adalah bagaimana kita mengelola
perasaan cinta yang muncul, jika semua yang muncul kita landaskan pada
harapan akan ridho Allah maka Allah juga akan membantu kita
mengelolanya.
"Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani).
"Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah. (HR. Ath-Thabrani).
Wallahu a’lam bi showab.
Semoga Bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar