Artikel Harian 6 (Edisi 23 April 2015)


OASE DAKWAH
Kamis, 23 April 2015
Apa Yang Kita Banggakan?
Oleh: Satria

Sahabat...
Pernahkah sejenak dirimu berfikir,
Apa yang akan kita banggakan di hari perhitungan kelak?
Apakah harta yang melimpah hasil jerih payah?
Ataukah titel seabreg buah dari kuliah yang tak pernah mandeg?
Sahabat...
Apa yang akan kita banggakan?
Apakah harta itu yang jika banyak akan membuat kita gelisah dan jika kurang sedikit akan menjadikan kita susah?
Ataukah rumah dan istana yang nanti pada masanya akan runtuh dan kembali ke tanah?
Atau mungkin titel dan gelar kebanggaan yang hanya akan ditulis di akte namun tidak di nisan?
Sahabat...
Apa yang akan kita banggakan?
Mungkinkah tubuh kekar yang beberapa tahun lagi akan menjadi lemak yang menjalar?
Ataukah paras rupawan yang sebentar lagi akan menjadi tempat ulat bergelantungan?
Atau mungkin ilmu dan pengetahuan yang sedikit namun seolah sudah seluas lautan?
Sahabat...
Apa sih yang akan kita banggakan?
Apakah keluarga dan kerabat yang tak sudi menemani kita di kubur tempat istirahat?
Ataukah banyaknya pengikut dan simpatisan yang tak bisa menolong saat hisab walau hanya sekejap?
Sahabat...
Jika demikian adanya, lalu pantaskah kita membanggakannya?
Pantaskah kita berlaku sombong dan tak mau memperbaikinya?
Lalu apa lagi yang akan kita banggakan?
Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI/29/23/04/2015
oaseodoj@gmail.com
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
=============================================================
Ucapan Penghapus Dosa
Ada amalan yang bisa menghapuskan dosa dan ini termasuk bagian dari praktik ibadah shalat itu sendiri yaitu mengamini bacaan al-Fatihah imam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَمِنَ الإِمَامُ فَأَمِنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنُ المَلَائِكَةِ غَفَرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Apabila imam mengucapkan amiin, maka ucapkanlah amin! Karena barangsiapa yang aminnya bersamaan dengan aminnya malaikat, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(Muttafaqun’alaihi).
Dan masih banyak amalan dalam shalat yang bisa menjadi penyebab terhapusnya dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Adapun amalan-amalan setelah shalat yang juga menghapuskan dosa, dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam muslim dalam kitab shahihnya yang artinya:
“Barangsiapa bertasbih(mengucapkan,”subhanalloh”-ed) setelah shalat 33x, bertahmid (mengucapkan,”Alhamdulillah-ed) 33x, dan bertakbir(mengucapakan,”Allohu akbar) 33x, maka semuanya berjumlah 99 dan apabila ia menggenapkannya hingga menjadi 100 dengan mengucapkan
لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Niscaya dosa-dosanya akan diampuni sekalipun dosa-dosanya itu sebanyak buih di lautan. (HR. muslim)
Sumber : Muslim.or.id
__________________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
==========================================================
Bismillaahir rahmaa nir rahiim
Sharing Mutiara Hati
UBAH CARA BERDOA
Dl saat di SMP, ada sebuah percobaan menarik yang menggunakan garputala.
2 (dua) buah garputala (A & B) di hadap-hadapkan. Seorang siswa diminta memukul garputala A. Sementara siswa lainnya mengamati apa yang terjadi dengan garputala B.
Saat itu saya sangat takjub. Bagaimana tidak, 2 garputala terpisah beberapa cm saling menggetarkan.
Garputala A yang dipukul akan bergetar, sekaligus menggetarkan garputala B. Yang lebih mengesankan saat jumlah garputala ditambah. Bunyinya saling menguat & terdengar lebih keras.
Seluruh siswa, termasuk saya bertanya-tanya, mengapa hal ini bisa terjadi?
Guru sains menjelaskan bahwa garputala A & B itu bisa saling menggetarkan, karena keduanya memiliki frekuensi sama.   banyak garputala (frekuensi sama) ditambahkan, maka makin keras bunyi yang dihasilkan.
Penjelasan sang guru bertahun-tahun lalu itu memotivasi untyk menyelidiki lebih jauh.
Hasilnya:
Oh, ternyata tidak hanya garputala, namun seluruh isi alam semesta ini akan saling menggetarkan, bila memiliki frekuensi sama. Ya, kamu tidak salah dengar: 
SELURUH ISI ALAM SEMESTA,
Apapun & siapapun. Bila kamu berpikir / berniat baik, maka kamu akan mengirim pikiran / niat baik ini ke seantero semesta. Kamu akan menggetarkan pikiran /niat baik lainnya yang ada di sudut manapun di alam ini.
Sebaliknya, bila kamu berpikir / berniat jahat, maka kamu akan mengirim pikiran / niat jahat ini ke seantero semesta. Kamu akan menggetarkan pikiran /niat jahat lainnya yang ada di sudut manapun di alam ini.
Itulah mengapa saat kamu berpikir / berniat baik, kamu akan dijumpai / didekati oleh orang-orang yang berpikiran sama dan didekati/didoakan oleh para malaikat.
Sebaliknya, saat kamu berpikir / berniat jahat, kamu akan dijumpai / didekati oleh iblis, syaitan & antek-anteknya.
Begitulah hukum SALING GETAR.
Hukum tersebut ini yang dimanfaatkan para pelaku santet, guna-guna dan semacamnya.
Tapi tenang, selama frekuensi kamu tidak sama dengan frekuensi penyantet, maka kamu akan baik-baik. Dan inilah yang ingin diutarakan:
DOA ...
Berdoalah yang baik-baik, agar kamu MENGGETARKAN yang baik juga.
Namun, ada hal tambahan mengenai doa ini. Begini, berapa banyak kamu berdoa seperti ini,
“Allah… berilah SAYA ini… berilah SAYA itu.”
Saya yakin banyak diantara kamu yang berdoa seperti itu.
Doa seperti itu tidak salah, tapi JANGAN TERLALU BANYAK.
Maksudnya?
Kamu jangan terlalu banyak berdoa utk dirimu sendiri.
Kok begitu?
Karena kalau kamu berdoa untuk diri sendiri, maka KAMU TIDAK PERNAH MENGGETARKAN SESUATU / SESEORANG diluar sana. UBAH DOAMU!
Berdoalah buat kedua orang tuamu,  kerabat, sahabat-sahabat, teman-teman & tetanggamu.
Kirimkanlah doa-doamu kepada guru-gurumu, murid-muridmu, kepada siapapun dikenal, maupun tidak.
Kamu tahu apa  terjadi?
SEMUA BERGETAR DAN SALING MENGUATKAN.
Dan berita baiknya, bila kamu berdoa bukan untuk dirimu, tapi berdoa untuk orang lain adalah kamu DIDOAKAN KEMBALI OLEH MALAIKAT.
Apa doa malaikat untuk kamu?
hadist :
"Doa. seseorang muslim untuk saudara-nya DI LUAR SEPENGETAHUAN YANG DIDOAKAN, doanya mustajab. Di atas kepala orang berdoa itu ada malaikat yang ditugaskan,  agar supaya setiap kali berdoa untuk saudara-saudaranya langsung disambut aamiin walaka bimitslin 
(semoga diterima dan untukmu sendiri seperti itu)” 
(HR Muslim).
Untuk itu, BERDOA KEPADA SIAPAPUN TANPA SEPENGETAHUAN ORANG, BEGITU KAMU UBAH DOAMU KEPADA ORANG LAIN, MAKA DOA ITUPUN UNTUK KAMU JUGA,
maka tidak bisa dibayangkan kalau kita semua saling mendo'akan yg baik dan terbaik u siapapun
Bukankah negeri dan alam semesta ini akn dipenuhi dan diliputi gelombang frekuensi yg baik?
Bukankah frekuensi yg baik ini akn MENARIK DAN MENGGETARKAN frekuensi Rahmat dan frekuensi Kasih dari Allah?
Smg saudara2ku snantiasa dilimpahi barokahNya
Aamiin yaa kariim
__________________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
============================================================
Hakekat Kebahagian
Sebuah pertanyaan yang mengusik relung hati :
"Bagaimana kita bisa hidup berbahagia...?"
Mari kita dengarkan penjelasan salah seorang Ulama :
Apabila engkau selalu taat kepada Robb-Mu...
Kekayaan-mu ada didalam hatimu...
Dan engkau merasa aman di dalam rumah-mu...
Serta engkau merasa cukup dengan penghasilan-mu...
Sungguh...!
engkau telah meraih kebahagiaan...
Bahkan lebih dari itu...
engkau mendapatkan kedudukan tinggi disisi Robb-mu...
Ketahuilah...!
Sesungguhnya kehidupan dunia adalah menipu...
Tidak akan pernah mampu menyamai sedikitpun kehidupan akherat...
Maka jadikanlah kehidupan dunia sebagai usaha dan jalan menuju ketaatan kepada Robb-mu dan jangan engkau jadikan tujuan hidup-mu...!
Mari sama sama kita dengarkan wejangan Nabi kita yang mulia tentang hakekat kehidupan...
فقد روى الإمام الترمذي في سننه من حديث عبيدالله بن محصن الخطمي: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "من أصبح منكم آمنًا في سربه، معافى في جسده، عنده قوت يومه، فكأنما حيزت له الدنيا"
Bahwasanya Nabi صلى الله عليه و سلم telah bersabda :
Barangsiapa diantara kalian sampai pagi harinya, aman di rumahnya, sehat di badannya dan memiliki makanan untuk hari itu maka seakan akan seluruh dunia telah dihimpunkan untuknya.
(HR Tirmidzi dan di hasankan oleh Syaikh Albany رحمه الله .)
Oleh : Ustadz Abu Sa'ad Muhammad Nur Huda
_________________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
===========================================================
Memilih Teman yang Shalih
Dari Wadi'ah Al-Anshari dia berkata: Aku mendengar Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu 'anhu berkata dan beliau sedang menasehati seorang laki-laki :
"Janganlah engkau berkata yang tidak bermanfaat bagimu, tinggalkanlah musuhmu, berhati-hatilah dengan kawanmu kecuali yang amanah.
Tidak ada yang amanah melainkan orang yang takut kepada Allah 'Azza wa Jalla maka ikutilah dia.
Dan janganlah engkau berjalan bersama orang yang fajir karena ia akan mengajarimu kejahatannya.
Janganlah mengujinya dengan keburukanmu.
Janganlah engkau bermusyawarah pada urusanmu melainkan kepada orang-orang yang takut kepada Allah."
(Al-'Uzlah karya Imam Al-Khotthobiy halaman: 48)
__________________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
=========================================================
Hasil Usaha dari Modal Riba atau Harta Haram
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada kita semua agar selalu mencari rezeki dari sumber yang halal. 
Firman-Nya : “Maka makanlah yang baik dari rezki yang telah diberikan oleh Allah kepadamu, dan syukurilah ni’mat Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah-Nya.”  (An-Nahl: 114)
Demikian pula di dalam banyak hadits, Nabi menganjurkan kepada kita agar bekerja dan berusaha mencari rezeki dengan cara yang halal. Diantaranya adalah hadits-hadits berikut :
   عَنْ جَدِّهِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ ، قَالَ : قِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟ قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ.
Dari Rafi’ bin Khadij Rodhiallaahu 'anhu, ia berkata : 
Ada seseorang bertanya, “Penghasilan apakah yang paling baik, Wahai Rasulullah?" Beliau jawab : "Penghasilan seseorang dari jerih payah tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur." [HR.Ahmad di dlm Al Musnad no. 16628]
Yang dimaksud dengan jual beli yang mabrur ialah jual beli yang benar menurut syariat, diterima dan diberi pahala oleh Allah, dan tidak mengandung unsur menipu atau khianat. (Faidhul Qadir, Al-Munawi II/47).
Rasulullaah Shollallaahu 'alaihi wa Sallaam bersabda :
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ ، لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ
Akan datang suatu masa kepada manusia, yang seseorang tidaklah peduli terhadap (harta) yang dia ambil, apakah dari (sumber) yang halal atau dari yang haram."(HR Buhory, 2059 
Keadaan ketika mengambil Modal Haram :
1. Jika ada seseorang yg terlanjur berhubungan dengan modal bank yang riba atau harta yang haram lainnya, sementara dia belum tahu hukum sebelumnya, maka dalam keadaan demikian, ia wajib bertaubat kepada Allah dengan taubat nashuha, sedangkan harta atau modal haram yang telah ada di tangannya tersebut halal baginya, dan ia tidak berdosa.
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala : "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (Al-Baqarah: 275-276)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di Rahimahullaah berkata : “Allah Ta’ala tidak memerintahkan untuk mengembalikan harta benda yang telah diambil melalui transaksi riba setelah bertaubat. Akan tetapi Dia memerintahkan agar mengembalikan harta hasil riba yang belum diambilnya.” (Al-Fatawa As-Sa’diyah hlm. 303)
Syaikh Asy-Syinqithi Rahimahullaah berkata ketika menjelaskan ayat ini : “Dari ayat yang mulia ini dapat diambil pelajaran bahwa Allah tidak menyiksa seorang manusia disebabkan melakukan suatu perkara kecuali setelah Dia mengharamkannya. Dia telah menerangkan makna ini dalam banyak ayat Al-Qur'an. Allah berfirman tentang orang-orang (para sahabat, pen) yang pernah minum khamr dan memakan harta hasil perjudian sebelum turunnya ayat yang mengharamkannya : "Tidak berdosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan tentang apa yang mereka makan (dahulu), apabila mereka bertakwa dan beriman, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman." (Al-Ma-idah: 93)
2. Jika ketika ia memperoleh harta benda atau modal haram tersebut dalam keadaan telah mengetahui keharamannya dan mengerti bahwa muamalah dan perbuatan-perbuatan tersebut tidak diperbolehkan dalam agama Islam, maka dalam keadaan seperti ini, di samping berkewajiban bertaubat kepada Allah dengan taubat nashuha, ia juga berkewajiban untuk menyalurkan semua harta atau modal haram yang ada dalam kepemilikannya tersebut kepada fakir miskin atau untuk kepentingan-kepentingan umum bagi kaum muslimin.
Fatwa Al-Lajnah tentang modal usaha dari harta haram seperti  jual khomr, narkoba lalu bertaubat sebagai berikut. "Apabila saat menghasilkan (harta) haram, (orang tersebut) mengetahui pengharaman hal itu, sesungguhnya (harta) itu tidak halal baginya (setelah) dia bertaubat. Bahkan, dia wajib berlepas diri dari (harta haram) tersebut dengan cara menginfakkan (harta haram) itu pada bentuk-bentuk dan amalan-amalan kebaikan."(Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah 14/32)
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullaah pernah ditanya tentang seseorang yang meninggal yang di masa hidupnya dia bermuamalah dengan cara riba. Apakah ada cara yang syar’i bagi kerabatnya yang hidup dan ingin menebus dosanya yang meninggal? Beliau menjawab: “Disyariatkan bagi ahli warisnya agar menentukan secara teliti kadar yang masuk ke dalam hartanya dari hasil riba lalu dia sedekahkan atas nama yang meninggal dan mendoakannya dengan memohon ampunan baginya." (Al-Fatawa Al-Islamiyyah, II/387,  Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullaah telah menjelaskan mengenai perselisihan ulama dalam masalah modal usaha dari harta haram dan menyimpulkan pendapat terkuat. Beliau mengatakan, “Mengenai harta hasil curian yang dimanfaatkan oleh pencuri hingga mendapatkan hasil setelahnya, para ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Apakah harta yang tumbuh itu kembali menjadi si pemilik pertama saja? Ataukah harta tersebut si pencuri dan pemilik menyedekahkannya?" … Terhadap harta semacam ini, ‘Umar bin Al Khottob pd awalnya menyikapinya dengan memerintahkan untuk menyerahkan seluruhnya pada Baitul Maal. Keuntungan sama sekali tidak boleh diambil oleh mereka yang memanfaatkan harta haram tadi. Lalu ‘Abdullah bin ‘Umar menyanggah ayahnya dengan mengatakan bahwa seandainya harta tersebut rusak, maka dhoman (ganti rugi) bagi yang memegangnya saat itu. Kalau punya kewajiban ganti rugi, lalu mengapa dalam masalah keuntungan tidak didapat? ‘Umar lantas terdiam. Kemudian sebagian sahabat mengatakan pada ‘Umar bahwa harta tersebut di bagi saja untuk mereka dan separuhnya lagi untuk (maslahat) kaum muslimin, yaitu setengah keuntungan pada mereka dengan setengahnya lagi pada kaum muslimin. ‘Umar pun memilih melaksanakan hal itu. Inilah yang jadi pilihan para fuqoha dalam masalah mudhorobah yang berasal dari ketetapan ‘Umar bin Al Khottob dan para sahabat pun sependapat dengannya, dan inilah bentuk keadilan. Keuntungan yang tumbuh dari harta haram tersebut tidaklah dikhususkan milik salah satunya. Begitu pula tidaklah harta tersebut disucikan seluruhnya melalui sedekah dengan seluruh harta tadi. Yang tepat, keuntungan tersebut milik mereka berdua, sebagaimana pembagian dalam akad mudhorobah." (Majmu' Al Fatawa, 30: 323)
Ada yang bertanya kepada Komite Tetap Fatwa dan Riset Ilmiah di Arab Saudi tentang rumah yang ia bangun dari hasil meminjam ke bank. Ia sebelumnya tidak faham bahwa proses transaksi yang terjadi adalah proses Riba: Jawaban Komite Fatwa: Apabila kenyataannya sebagaimana yang Anda sebutkan maka hutang dengan bentuk seperti itu diharamkan karena itu adalah riba. Anda wajib untuk bertaubat dan beristighfar dari hal itu, Anda juga wajib untuk menyesali perbuatan tersebut dan berazam untuk tidak mengulangi perbuatan seperti itu. Adapun rumah yang telah Anda bangun maka janganlah merobohkannya, akan tetapi manfaatkanlah dengan meninggalinya atau yang lain. Semoga Allah mengampuni kelalaian Anda. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah juz 13, Riasah Idarah Al-Buhuts Al-Ilmiah Wa Al-Ifta', Riyadh, Hal. 354 )
Harap diperhatikan, bahwa fatwa ini tidak berarti membolehkan berhutang dengan cara riba atau mempermudah urusan riba. Riba termasuk dalam dosa besar yang harus dihindari oleh kaum muslimin. Oleh karena itu Anda wajib untuk segera bertaubat dan segera melunasi hutang Anda kepada bank serta tidak lagi bermuamalah dengannya. Kemudian Anda mencari modal lain yang halal dan melanjutkan usaha yang selama ini Anda geluti (bila usaha tersebut masih prospek) , mengingat tidaklah mudah merintis usaha baru yang langsung menguntungkan, sedangkan Anda berkewajiban memberi nafkah kepada keluarga yang kebutuhannya selalu berjalan.
Wallahu a‘lam.
================
Kota Bima-NTB
Kamis, 23 April 2015

{{ AD-DIINU AN-NASHIIHAH }}
______________________________________
Reposted By Rumah Dakwah Indonesia


=============================================
Perjalanan Ruh Manusia Setelah Kematian
Dari Al-Barrak bin Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
Kami pernah mengiringi jenazah orang anshar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesampainya di kuburan, dan menunggu liang lahatnya dibenahi, Rasulullah duduk menghadap kiblat. Kamipun duduk di sekitar beliau dengan khusyu, seolah di kepala kami ada burung.
Di tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada ranting, beliau tusukkan ke tanah kemudian beliau menengadah ke langit lalu beliau menunduk. Beliau ulang tiga kali. Kemudian beliau bersabda,
استعيذوا بالله من عذاب القبر، مرتين، أو ثلاثا، (ثم قال: اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر) (ثلاثا)
Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau ulangi dua atau tiga kali. Kemudian beliau berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.” (tiga kali).
Kemudian beliau menceritakan proses perjalanan ruh mukmin dan kafir.
Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya putih, wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi) dari surga. Merekapun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.’ Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana tetesan air keluar dari mulut ceret, dan langsung dipegang malaikat maut. Para malaikat yang lain tidak meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari malaikat maut.
Mereka memberinya kafan dan hanuth itu. Keluarlah ruh itu dengan sangat wangi seperti bau parfum paling wangi yang pernah ada di bumi. Para malaikat inipun naik membawa ruh itu. Setiap kali ketemu dengan malaikat yang lain, mereka akan bertanya: ‘Ruh siapakah yang baik ini?’ Mereka menjawab, ‘Fulan bin Polan’ – dengan nama terbaik yang pernah dia gunakan di dunia –. Hingga sampai di langit dunia. Mereka minta agar pintu langit dibukakan, lalu dibukakan. Mereka naik menuju langit berikutnya, dan diikuti para malaikat langit dunia. Hingga sampai di langit ketujuh. Kemudian Allah berfirman, ‘Tulis catatan amal hamba-Ku di Illiyin.’

“Tahukah kamu Apakah ‘Illiyyin itu? (yaitu) kitab yang bertulis, Disaksikan oleh para malaikat”
“Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena dari bumi Aku ciptakan mereka, ke bumi Aku kembalikan mereka, dan dari bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.” Maka dikembalikanlah ruhnya ke jasadnya. Kemudian mayit mendengar suara sandal orang yang mengantarkan jenazahnya sewaktu mereka pulang setelah pemakaman.
Kemudian datanglah dua malaikat yang keras gertakannya. (dalam riwayat lain: warnanya hitam biru) Lalu mereka menggertaknya, dan mendudukkan si mayit.
Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si mukmin menjawab, ‘Rabku Allah.’ ‘Apa agamamu?’, tanya malaikat. ‘Agamaku islam’ jawab si mukmin. ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Si Mukmin menjawab, ‘Dia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Sang malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana amalmu?’ Jawab Mukmin, ‘Saya membaca kitab Allah, saya mengimaninya dan membenarkannya.’
Pertanyaan malaikat: ‘Siapa Rabmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?’ Inilah ujian terakhir yang akan diterima seorang mukmin. Allah memberikan keteguhan bagi mukmin untuk menjawabnya, seperti firman-Nya,

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (QS. Ibrahim: 27)
Sehingga dia bisa menjawab: Rabku Allah, agamaku islam, Nabiku Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku benar, bentangkan untuknya surga, beri pakaian surga, bukakan pintu surga untuknya.” Diapun mendapatkan angin surga dan wanginya surga, dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah orang yang wajahnya sangat bagus, pakaiannya bagus, baunya wangi. Dia mengatakan, ‘Kabar gembira dengan sesuatu yang menyenangkanmu. Kabar gembira dengan ridha Allah dan surga nan penuh kenikmatan abadi. Inilah hari yang dulu kamu dijanjikan.’ Si mayit dengan keheranan bertanya, ‘Semoga Allah juga memberi kabar gembira untuk anda. Siapa anda, wajah anda mendatangkan kebaikan?’ Orang yang berwajah bagus ini menjawab, ‘Saya amal sholehmu.’ [suhnahallah.., amal shaleh yang menemani kita di kesepian, menemani kita di kuburan]
Kemudian dibukakan untuknya pintu surga dan pintu neraka. Ketika melihat ke neraka, disampaikan kepadanya: ‘Itulah tempatmu jika kamu bermaksiat kepada Allah. Dan Allah gantikan kamu dengan tempat yang itu.’ Kemudian si mayit menoleh ke arah surga.
Melihat janji surga, si mayit berdoa: ‘Wahai Rabku, segerakanlah kiamat, agar aku bisa berjumpa kembali ke keluarga dan hartaku.’ Lalu disampaikan kepadanya: ‘Tenanglah.’
Sementara hamba yang kafir, ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah para malaikat dari langit, yang bengis dan keras, wajahnya hitam, mereka membawa Masuh (kain yang tidak nyaman digunakan) dari neraka. Mereka duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut, dan duduk di samping kepalanya. Dia memanggil, ‘Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju murka Allah.’
Ruhnya ketakutan, dan terpencar ke suluruh ujung tubuhnya. Lalu malaikat maut menariknya, sebagaimana gancu bercabang banyak ditarik dari wol yang basah. Sehingga membuat putus pembuluh darah dan ruang tulang. Dan langsung dipegang malaikat maut. Para malaikat yang lain tidak meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari malaikat maut. Kemudian diberi masuh yang mereka bawa. Ruh ini keluar dengan membawa bau yang sangat busuk, seperti busuknya bau bangkai yang pernah ada di muka bumi. Merekapun naik membawa ruh ini. Setiap kali mereka melewati malaikat, malaikat itupun bertanya, ‘Ruh siapah yang buruk ini?’ Mereka menjawab, ‘Fulan bin Fulan.’ – dengan nama yang paling buruk yang pernah dia gunakan ketika di dunia – hingga mereka sampai di langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan, namun tidak dibukakan. Ketika itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
(Orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya), tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A’raf: 40)

Kemudian Allah berfirman, ‘Tulis catatan amal hamba-Ku di Sijjin, di bumi yang paling dasar.’ Kemudian dikatakan, ‘Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena Aku telah menjanjikan bahwa dari bumi Aku ciptakan mereka, ke bumi Aku kembalikan mereka, dan dari bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.’ Kemudian ruhnya dilempar hingga jatuh di jasadnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Haj: 31)
Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya, sehingga dia mendengar suara sandal orang mengiringi jenazahnya ketika pulang meninggalkan kuburan. Kemudian datanglah dua malaikat, gertakannya keras. Merekapun menggertak si mayit dan mendudukkannya. Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si kafir menjawab, ‘hah..hah.. saya gak tahu.’ ‘Apa agamamu?’, tanya malaikat. ‘hah..hah.. saya gak tahu,’ jawab si kafir. ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Si kafir tidak kuasa menyebut namannya. Lalu dia digertak: “Namanya Muhammad!!”, si kafir hanya bisa mengatakan, ‘hah..hah.. saya gak tahu. Saya cuma mendengar orang-orang bilang seperti itu.’ Diapun digertak lagi: “Kamu tidak tahu dan tidak mau tahu.” Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku dusta, bentangkan untuknya neraka, bukakan pintu neraka untuknya.”
Diapun mendapatkan panasnya neraka dan racun neraka. Kuburnya disempitkan hingga tulang-tulangnya berserakan. Lalu datanglah orang yang wajahnya sangat buruk, berbaju jelek, baunya seperti bangkai. Dia mengatakan: ‘Kabar buruk untukmu, inilah hari dimana dulu kau dijanjikan.’ Si mayit kafirpun menjawab, ‘Kabar buruk juga untukmu, siapa kamu? Wajahmu mendatangkan keburukan.’ Orang ini menjawab, ‘Saya amalmu yang buruk.’ – Allahul musta’an, amal buruk itu semakin menyesakkan pelakunya di lahatnya – kemudian dia diserahkan kepada makhluk yang buta, tuli, dan bisu. Dia membawa pentungan! Andaikan dipukulkan ke gunung, niscaya akan jadi debu. Kemudian benda itu dipukulkan ke mayit kafir, dan dia menjadi debu. Lalu Allah kembalikan seperti semula, dan diapun memukulnya lagi. Dia berteriak sangat keras, bisa didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia. Lalu dibukakan untuknya neraka dan disiampkan tempatnya di neraka. Diapun memohon: ‘Ya rab, jangan Engkau tegakkan kiamat.’
Hadis ini diriwayatkan Ahmad 18543, Abu Daud 4753, Syuaib Al-Arnauth menyatakan, Sanadnya shahih
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
================================================
Karena Itu Tundukkanlah Pandanganmu
Ibnul Qayyim berkata,
“Pandangan mata ialah cerminan hati.
Jika seorang hamba berhasil menundukkan pandangan, akan tunduk pula hati, syahwat, dan ambisi duniawinya.
Namun apabila ia mengumbarnya, akan menjadi liar pula hati dan syahwatnya”.
(Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid, pengasuh web IslamQA)
__________________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
==================================================
Dimanakah Istri Shalihah Itu?
Dimanakah wanita-wanita yang mengintai harga pasar Surga?
Bagi sang suami, istri-istri itu menjadi ibu yang penuh belain akasih, menjadi seorang anak gadis yang penurut, menjadi saudara dalam berdakwah, menjadi kekasihnya di tempat tidur, dan menjadi istrinya di dunia dan di surga yang penuh kenikmatan.
Istri-istri itu selalu mendekatkan diri pada apa yang dicintai suaminya dan menjauhi dari apa yang tidak disukai suaminya.

Saat bertemu suami, ia tersenyum.
Saat sang suami hendak pergi, istri yang shalihah itu mendoakan untuknya agar cepat kembali karena rindu.
(Memikat Hati Suami, Imad Al-Hakim, terjemahan, hal 21)
__________________________________
Reposted By

®Rumah Dakwah Indonesia
NewerStories OlderStories Beranda

0 komentar:

Posting Komentar