Artikel Harian 5 (Edisi 20 April-22 April 2015)


Artikel 20 april 2015 

Rasa Cinta Kepada Allah
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya.
Bahkan, itulah hakekat dari ibadah.
Tauhid tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala sesuatu yang dicintai.
Sehingga rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.”
(Al-Qaul as-Sadid Fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95)
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================
OASE DAKWAH
Senin, 20 April 2015
Satu Detik Lagi
Oleh : Rudianto Surbakti
Sahabatku...
Tahukah engkau kapan Malaikat Maut menjemputmu ?
Tahukah engkau kapan Allah akan memuliakan atau menghinakanmu ?
Tahukah engkau kapan saudaramu, sahabatmu, dan orang terdekatmu meninggalkanmu ?
Satu detik lagi, yaa... satu detik lagi.
Ingatlah bahwa dalam satu detik ke depan, akan banyak hal terjadi.
Kemuliaanmu bisa runtuh, hartamu dan anak istrimu bisa hilang.
Atau satu detik lagi tidak akan berada di sisi Malaikat Maut.
Satu detik lagi, satu detik yang akan menjadi sejarah.
Cobalah renungi satu detik yang baru saja terlewati.
Kemana dia pergi, dan kapankah dia kembali ?
Satu detik yang baru terlewati, adakah ketaqwaan yang engkau tanam ?
Ataukah maksiat, kebencian dan dusta yang engkau kerjakan ?
Jika satu detik yang lalu tak pernah kembali, dan satu detik ke depan adalah kematianmu.
Maka tidak ada alasan untuk tidak melakukan ketaatan pada Allah.
Tidak juga ada alasan untuk menunda kebaikan.
Karena waktu yang tepat mencari ridho Allah adalah detik ini.
Waktu yang paling tepat untuk menyambut kematian kita adalah detik ini.
Yaa... detik ini, detik yg sedang kita jalani sekarang.
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah)..." (QS Al Jumu'ah : 8)
Sahabatku...
Jika semua yang ghaib tentang waktu, tidak bisa kita ketahui...
Jika semua yang ghaib tentang penghancur nikmat (kematian), tidak bisa kita prediksi...
Maka harusnya kita TIDAK PERNAH berfikir :
"Satu Detik Lagi Akan Kukerjakan".
Wallahu'alam.
Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI/28/20/04/2015
oaseodoj@gmail.com
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
====================================================
PENTING!!! UNTUK KESELAMATANMU.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Sampaikan keseluruh wanita...pesan berharga utk keselamatan dirinya...
Wahai saudariku........
Apa yang membuatmu membuka jilbab/kerudung?
Taukah engkau......jilbab itu wajib seperti wajibnya shalat.....
Tahukah engkau.....disaat engkau lepas jilbabmu didepan lelaki atau orang yang bukan mahrammu.....
Disaat itulah engkau berdosa dan bermaksiat....
Jika engkau membuka jilbab/kerudungmu setiap hari, siang dan malam.... dan berjumpa dg ribuan bahkan jutaan lelaki yg bukan mahrammu, dan engkau buka jilbabmu bertahun tahun bahkan sepanjang hidupmu, berapa milyar dosa yg engkau kantongi disebabkann membuka jilbab. itu baru jilbab... bagaimana dg betismu.... tanganmu.... dadamu dan anggota tubuhmu lain yg seharusnya engkau diwajibkan menutupinya....
Dengarlah... mereka ada yang bilang" saya belum siap berjilbab"
Bukankah perkataan itu aneh?.....mengapa tidak aneh??? engkau berjilbab tidak siap, sedangkan yg tdk berjilbab diancam neraka. jadi engkau lebih siap masuk neraka???? dari pada berjilbab???
Ada juga diantara mereka yg bilang" yg penting hatinya baik"
Haaah.... dilihat darimana hatimu itu baik ?
Berjilbab adalah perintah Allah, tdk berjilbab berarti membangkang perintah Allah.... betulkah... dg itu... hatimu baik???
Bukankah membuka jilbab adalah maksiat..... dan bukankah maksiat membuat hati kotor.....
Wahai saudariku... jadi... Baik dari mana....???
Jangan tunda dan tidak usah ragu...segeralah tutup auratmu...rambutmu..., betismu, lenganmu... kapanpun dan dimanapun saat ada didepan lelaki yg bkn mahrammu.
Besegeralah berjilbab.....tidak ada yg menjamin usiamu sampai kapan...????
untukmu ukhty fillah.... Uhibbukum fillah
=================
Kota Bima-NTB
Senin, 20 April 2015
{{ AD-DIINU AN-NASHIIHAH }}
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
======================================================
Artikel 21 April 2015 

Koreksilah Diri Kita Terlebih Dahului Sebelum Menyalahkan Orang Lain
Jika anda sholat berjam'ah lantas tidak bisa khusyu' maka jangan salahkan imam, dengan alasan suara sang imam buruk...,
Jika anda berkaca lantas tanpak wajah anda yang kurang rupawan maka jangan salahkan cermin...
Jika anda memiliki rambut yang kurang berkilau maka jangan salahkan sampo yang anda pakai...
Jika anda belajar lantas kurang paham apa yang disampaikan guru maka janganlah salahkan sang guru....
jika ... , jika....
Belajarlah menyalahkan dan mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain.
Para salaf menasehati agar kita tatkala melihat orang lain berusahalah untuk melihat kebaikan-kebaikan mereka, adapun tatkala melihat diri kita sendiri maka hendaklah kita berusaha melihat kekurangan-kekurangan kita agar kita tidak tertimpa penyakit ujub, dan mengakui serta menghargai kelebihan orang lain, serta berusaha mencari udzur untuk kesalahan orang lain.
Oleh : Ustadz Firanda Andirja
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
.:: Kalau Suami yang Cuci Pakaian, Ini Kata Rasulullah ::.
Syaikh Fuad Shalih dalam bukunya Liman Yuriidu Az Ziwaaj wa Tazawuj menyampaikan empat nasihat Rasulullah SAW untuk para suami. Termasuk mengenai tugas cuci pakaian.
Syaikh Fuad merasa perlu mencantumkan hadits ini agar para suami berbenah diri; tidak hanya menuntut istri mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, tetapi juga ia mempersembahkan yang terbaik untuk istrinya.
Empat nasihat ini secara khusus mengajarkan suami untuk berpenampilan menarik di rumah.
Berikut ini, empat nasihat itu: 
.:: Cucilah Bajumu
Nasehat pertama ini memiliki dua dimensi. Dimensi pertama ada pada proses. Dimensi kedua terletak pada hasilnya.
Sebagai sebuah proses, “cucilah bajumu” berarti berbagi dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan domestik, khususnya bagi keluarga yang tidak memiliki khadimat.
Mencuci baju tidak dibebankan kepada istri saja, melainkan suami juga melakukannya. Baik mencuci dengan tangan maupun dengan mesin cuci.
Konsep berbagi peran inilah yang diteladankan oleh Rasulullah. Kendati beliau adalah Nabi, pemimpin negara, qiyadah dakwah dan panglima perang, beliau menyempatkan diri untuk membantu istri-istrinya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Ditinjau dari dimensi hasil, “cucilah bajumu” membuat suami tampil dengan pakaian rapi di depan istrinya. Tidak kusut. Tidak menyebalkan.
Mungkin sebagian suami tidak merasa perlu tampil rapi di hadapan suaminya, terlebih ketika malam tiba. Namun, jika ia menuntut istrinya tampil prima di depannya, mengapa ia tidak menuntut dirinya melakukan hal yang sama?
Bukankah Islam menjunjung keadilan? Kita para suami kadang belum juga mengerti bahwa wanita itu tidak selalu mencurahkan perasaannya kepada suami.
Ia kadang menyimpannya di hati dan berusaha menyabarkan diri. Saat kita para suami dengan mudah mengatakan “Pakaialah baju yang indah”, para istri hanya menahan sabar melihat kita menghampirinya dengan baju berbau.
Mari kita berusaha berubah. Menjadi suami yang lebih rapi di depan istri.
.:: Rapikan rambutmu
Ketika berangkat kerja, ketika pergi ke kantor, ketika hendak syuro, ketika mau mengisi pengajian, kita para lelaki yang katanya tidak suka dandan, minimal merapikan rambut.
Lalu saat hanya berdua dengan istri, mengapa kita tidak melakukan hal serupa? Bukankah jika begitu kita lebih mengutamakan orang lain daripada istri kita sendiri? Padahal rekan-rekan kerjanya tidak memasakkannya.
Teman-temannya juga tak bisa merawatnya ketika ia sakit. Yang setia menemani, yang setia merawat adalah istri. Dan tidak ada orang lain yang bisa menghangatkannya di kala kedinginan kecuali istrinya sendiri. Lalu mengapa kita sebagai suami justru tak bisa tampil rapi saat bersamanya?
.:: Gosoklah gigimu
Bau mulut adalah satu hal yang mengganggu komunikasi dan menjadi pembatas kedekatan. Ketika seorang suami tak suka istrinya mengeluarkan bau saat ia berbicara, demikian pula istri sebenarnya tak suka jika suaminya menghampirinya dengan bau yang tak sedap.
Adalah junjungan kita yang mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap akan masuk rumah, beliau bersiwak terlebih dahulu.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Bunda Aisyah menjadi saksi kebiasaan Rasulullah ini. Ketika ditanya, “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab: “Bersiwak”.
Maka sungguh nasehat ini harus dikerjakan oleh para suami. Hendaklah ia rajin bersiwak atau menggosok giginya.
Jika berduaan dengan istri, pastikan sudah gosok gigi. Pastikan tak ada bau yang mengganggu. Hingga curhat pun menjadi mengasyikkan. Hingga berduaan pun jadi penuh kemesraan.
Dan lebih dari itu, menggosok gigi atau bersiwak mendatangkan dua kebaikan. Kebersihan dan kesehatan mulut, serta mendatangkan keridhaan Tuhan. “Bersiwak itu membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha” (HR. Al Baihaqi dan An Nasa’i).
.:: Berhiaslah untuk istrimu
Para sahabat Nabi adalah suami-suami yang terdepan dalam mengamalkan nasehat ini. Ibnu Abbas mengatakan, “Aku suka berhias untuk istriku sebagaimana aku suka istriku berhias untukku.”
Mengapa demikian, karena Ibnu Abbas yakin, “Sesungguhnya berhiasnya suami di hadapan istrinya akan membantu istri menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki selain suaminya. Berhiasnya suami di hadapan istrinya juga makin mendekatkan hati keduanya.”
Jika para sahabat yang sibuk berdakwah dan berjihad tidak lalai berhias untuk istrinya, bagaimana dengan kita? Semoga bisa meneladani mereka.
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
#SahabatNabi
Description: 🌸Asma Binti Yazid Al-Anshariah(Wafat 30 H)
Nama lengkapnya adalah Asma’ binti Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Imri’il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris al-Anshariyyah, al-Ausiyyah al-Asyhaliyah.
Beliau adalah seorang ahli hadis yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki kecerdasan, dien yang bagus, dan ahli argumen, sehingga beliau dijuluki sebagai “juru bicara wanita”.
Di antara sesuatu yang istimewa yang dimiliki oleh Asma’ ra adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta ketulusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus dalam madrasah nubuwwah, yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa hina, tidak mau dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang wanita yang pemberani, tegar, mujahidah. Beliau menjadi contoh yang baik dalam banyak medan peperangan.
Asma’ ra mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pada tahun pertama hijrah dan beliau berba’iat kepadanya dengan ba’iat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memba’iat para wanita dengan ayat yang tersebut dalam surat Al-Mumtahanah, “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Mumtahanah: 12).
Ba’iat dari Asma’ binti Yazid ra adalah untuk jujur dan ikhlas, sebagaimana yang disebutkan riwayatnya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma’ mengenakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma’, tidakkah kamu takut jika Allah mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari neraka?”
Maka, segeralah beliau tanpa ragu-ragu dan tanpa argumentasi untuk mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, maka beliau melepaskannya dan meletakkan di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Setelah itu Asma’ aktif untuk mendengar hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang mulia dan beliau bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan dia paham urusan dien. Beliau pulalah yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang tata cara thaharah (bersuci) bagi wanita yang selesai haidh. Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu untuk menanyakan sesuatu yang hak. Oleh karena itu, Ibnu Abdil Barr berkata, “Beliau adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus diennya.”
Beliau ra dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Pada suatu ketika Asma’ mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sebagaiamana aku berpendapat.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudiaan kami beriman kepada anda dan memba’iat anda. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi, kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan salat Jumat, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menoleh kepada para sahabat dan bersabda, “Pernahkan kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Kembalilah wahai Asma’ dan beri tahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, saatnya ia untuk mendapat persetujuannya, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki.”
Maka, kembalilah Asma’ sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Dalam dada Asma’ terbetik keinginan yang kuat untuk ikut andil dalam berjihad, hanya saja kondisi ketika itu tidak memungkinkan untuk merealisasikannya. Akan tetapi, setelah tahun 13 Hijriyah setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam hingga perang Yarmuk beliau menyertainya dengan gagah berani.
Pada perang Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil dengan bagian yang banyak untuk berjihad sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wan-Nihaayah, beliau membicarakan tentang perjuangan mujahidin mukminin. Beliau berkata, “Mereka berperang dengan perang besar-besaran hingga para wanita turut berperang di belakang mereka dengan gagah berani.”
Dalam bagian lain beliau berkata, “Para wanita menghadang mujahidin yang lari dari berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan batu. Adapun Khaulah binti Tsa’labah ra berkata :
Wahai kalian yang lari dari wanita yang bertakwa
Tidak akan kalian lihat tawanan
Tidak pula perlindungan
Tidak juga keridhaan
Beliau juga berkata dalam bagian yang lain, “Pada hari itu kaum muslimah berperang dan berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan tetapi mereka memukul kaum muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga mereka kembali untuk berperang.”
Dalam perang yang besar ini, Asma’ binti Yazid menyertai pasukan kaum muslimin bersama wanita-wanita mukminat yang lain berada di belakang para mujahidin mencurahkan segala kemampuan dengan membantu mempersiapkan senjata, memberikan minum bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka di antara mereka serta memompa semangat juang kaum muslimin.
Akan tetapi, manakala berkecamuknya perang, manakala suasana panas membara dan mata menjadi merah, ketika itu Asma’ ra lupa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beliau hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah, mukminah, dan mampu berjihad dengan mencurahkan segenap kemampuan dan kesungguhannya. Hanya beliau tidak mendapatkan apa-apa yang di depannya melainkan sebatang tiang kemah, maka beliau membawanya kemudian berbaur dengan barisan kaum muslimin.
Beliau memukul musuh-musuh Allah ke kanan dan ke kiri hingga dapat membunuh sembilan orang dari tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Hajar tentang beliau, “Dialah Asma’ binti Yazid bin Sakan yang menyertai perang Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah, kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan tersebut.”
Asma’ keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena beliau wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan bagi umat.
Semoga Allah merahmati Asma’ binti Yazid bin Sakan dan memuliakan dengan hadis yang telah beliau riwayatkan bagi kita, dan dengan pengorbanan yang telah beliau usahakan, dan telah beramal dengan sesuatu yang dapat dijadikan pelajaran bagi yang lain dalam hal mencurahkan segala kemampuan dan usaha demi memperjuangkan al-haq dan mengibarkan bendera hingga dien ini hanya bagi Allah.
Sumber :
- Kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi.
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
Mengapa Takut Dikritik??
Oleh: Rudianto Surbakti
Saudaraku...
Sering kita berharap jika karya kita akan memuaskan semua orang.
Bekerja keras, dengan obsesi karya tanpa cela.
Karena memdapati selalu ada yang kurang dan tak sempurna.
Jika pada Allah saja, manusia masih sering merasa Dia tidak adil.
Jika Rasulullah yang Mulia saja masih banyak dibenci kaum kafir.
Maka adakah engkau berharap karyamu akan memuaskan kesemua manusia ?
Masihkah engkau berharap jika karyamu tidak mendapat kritik ?
Jika mendapatkan pengakuan baik dari semua manusia adalah mustahil,
Mari kita mulai berfikir untuk tidak khawatir terhadap kritik lagi.
Karena hanya dengan kritiklah engkau akan bangun, dengan kritiklah engkau akan menjadi lebih baik.
Meski kadang terasa pahit, namun itu adalah pil yang paling menyehatkan ide-idemu.
"Orang yang paling aku sukai adalah orang yang menunjukkan kesalahanku." (Umar bin Khattab)
"Jika karena pandangan itu aku dikatakan tidak mengerti. Aku bersyukur kepada Allah semoga hal itu bisa mengurangi beban hisabku di hadapan Allah." (Abdul Latif Khan).
Ingatlah seharusnya terdapat kesyukuran yang terselip diantara kritik yang ada.
Karena dengan kritiklah kita akan tahu apa itu menjaga hati.
Fahamilah terdapat kenikmatan diantaranya.
Yaitu kenikmatan pengakuan bahwa kita adalah manusia.
Pengakuan bahwa kita adalah makhluk lemah, lemah dihadapan Allah.
Jika satu prestasi itu adalah satu bintang yang bercahaya.
Tidakkah engkau takut jika terlalu banyak bintang akan menyilaukanmu ?
Menutupi pandangan indahmu dengan silau dari ketawadhuan.
Dan kritiklah yang akan memadamkan sinar tersebut.
Membuat engkau tetap dalam lintasan yang ada.
Membuat engkau tetap terjaga dari rasa bangga.
Besyukurlah jika ada yang masih mengkritik karyamu,
Karena itu berarti Allah peduli padamu.
Karena itu berarti mereka peduli padamu.
Wallahu'alam.
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
Dulu Nabi yang kita kita  itu sudah mengingatkan kita dalam doanya...
Wahai sang penguasa hati... Wahai yang membalik-balik hati...
Tetapkanlah gelora hatiku pada agama Mu"
Untuk menyadari posisi kita di hadapan Allah sebenarnya kita berada antara takut dan harap...
Takut dan harap itu adalah buah dari keimanan (Trust) kita pada Allah..
Dan kita beriman karena kita tahu kita sangat lemah dan tak berdaya dalam menjalani hidup ini jika sendiri...
Kita bahkan sama sekali tidak mengetahui... Apalagi menguasai kehidupan akhirat kita...
Allah lah yang Maha Mengetahui dan Menguasai nya...
Kita Takut karena nafsu yang karakter aslinya hanya menyukai kesenangan ... Seringkali berhasil memperlambat langkah tulus kita di jalan Allah...
Ia menahan kita untuk tilawah
Ia menahan kita untuk rutin bangun di waktu CINTA.. Waktu Allah menyapa kita dengan CINTA
Ia menahan kita untuk sungguh terlibat dalam dakwah...
Ia menahan kita dalam semua hal yang dia tak menyukai nya...
Kita takut...
Nafsu itu hanya menargetkan kesenangan sementara, sedangkan akibatnya adalah Murka..
Kita takut nafsu kita membisikkan rasa bangga dalam hati kita atas amal sholih kita...
Kita takut nafsu kita melampungkan diri kita pada sikap ujub karena kedudukan kita...
Kita takut... Dan takut itu karena beriman pada Allah..
Kita takut jika kelelahan dalam dakwah ini... Tekun nya kita di jalan ini... Terjangkiti virus yang akhirnya merusak segalanya...
Sehingga saat hisab ditegakkan...
Nafsu kita hanya tertunduk malu tak berdaya... Karena Rabb kita menetapkan keputusan yang paling ditakuti oleh iman kita...
Keputusan yang akhirnya membuyarkan semua mimpi keimanan kita...
Kita takut Allah marah pada kita...
Karena itulah kita berharap.. Hanya padanya... Walau amat sangat sulitnya...
Kita berharap DIA memaafkan kita
Kita berharap DIA mengampuni kita..
Kita berharap DIA membimbing kita...
Kita berharap DIA Menetapkan syurga untuk kita...
Kita berharap pada Nya dan hanya pada Nya...
Dalam semua aktivitas kita...
Dalam desah nafas kita
Dalam gerak langkah kaki kita
Dalam diam kita...
Marilah kita minta seperti Nabi meminta pada Nya...
"Tetapkanlah ( gemuruh ) hatiku hanya (bergemuruh) di ataspada (din) Mu"
Walau ia diucapkan oleh lisan... Namun aku merasakan bahwa itu adalah bahasa hati...
Jika Nabi saw saja mengucapkan kata seperti itu... Maka seperti apa bahasa hati yang terucap oleh lisan kita???
H Abdul Latif Khan
Dulu Nabi yang kita kita  itu sudah mengingatkan kita dalam doanya...
Wahai sang penguasa hati... Wahai yang membalik-balik hati...
Tetapkanlah gelora hatiku pada agama Mu"
Untuk menyadari posisi kita di hadapan Allah sebenarnya kita berada antara takut dan harap...
Takut dan harap itu adalah buah dari keimanan (Trust) kita pada Allah..
Dan kita beriman karena kita tahu kita sangat lemah dan tak berdaya dalam menjalani hidup ini jika sendiri...
Kita bahkan sama sekali tidak mengetahui... Apalagi menguasai kehidupan akhirat kita...
Allah lah yang Maha Mengetahui dan Menguasai nya...
Kita Takut karena nafsu yang karakter aslinya hanya menyukai kesenangan ... Seringkali berhasil memperlambat langkah tulus kita di jalan Allah...
Ia menahan kita untuk tilawah
Ia menahan kita untuk rutin bangun di waktu CINTA.. Waktu Allah menyapa kita dengan CINTA
Ia menahan kita untuk sungguh terlibat dalam dakwah...
Ia menahan kita dalam semua hal yang dia tak menyukai nya...
Kita takut...
Nafsu itu hanya menargetkan kesenangan sementara, sedangkan akibatnya adalah Murka..
Kita takut nafsu kita membisikkan rasa bangga dalam hati kita atas amal sholih kita...
Kita takut nafsu kita melampungkan diri kita pada sikap ujub karena kedudukan kita...
Kita takut... Dan takut itu karena beriman pada Allah..
Kita takut jika kelelahan dalam dakwah ini... Tekun nya kita di jalan ini... Terjangkiti virus yang akhirnya merusak segalanya...
Sehingga saat hisab ditegakkan...
Nafsu kita hanya tertunduk malu tak berdaya... Karena Rabb kita menetapkan keputusan yang paling ditakuti oleh iman kita...
Keputusan yang akhirnya membuyarkan semua mimpi keimanan kita...
Kita takut Allah marah pada kita...
Karena itulah kita berharap.. Hanya padanya... Walau amat sangat sulitnya...
Kita berharap DIA memaafkan kita
Kita berharap DIA mengampuni kita..
Kita berharap DIA membimbing kita...
Kita berharap DIA Menetapkan syurga untuk kita...
Kita berharap pada Nya dan hanya pada Nya...
Dalam semua aktivitas kita...
Dalam desah nafas kita
Dalam gerak langkah kaki kita
Dalam diam kita...
Marilah kita minta seperti Nabi meminta pada Nya...
"Tetapkanlah ( gemuruh ) hatiku hanya (bergemuruh) di ataspada (din) Mu"
Walau ia diucapkan oleh lisan... Namun aku merasakan bahwa itu adalah bahasa hati...
Jika Nabi saw saja mengucapkan kata seperti itu... Maka seperti apa bahasa hati yang terucap oleh lisan kita???
©H Abdul Latif Khan
Reposted by
® Rumah Dakwah Indonesia
=======================================================
Pertemuan itu, Mengubah Pandangan RA Kartini Tentang Islam
dakwatuna.com – Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;

Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?
RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.
Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.
Namun, Kartini tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang — lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat. Adalah Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini.
Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.
Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.
Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.
“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.
“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.
Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”
Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.
Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.
Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.
Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.
Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah. (ts/hr/rol)
Redaktur: Saiful Bahri
Topik: RA Kartini
Keyword: Islam, Kyai Sholeh, RA Kartini
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
Objektif Menilai Diri
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Beruntunglah seseorang yang bersikap objektif menilai dirinya di hadapan Rabbnya.
Dia akan mengakui kebodohan dirinya karena ilmu yang tidak dimengerti olehnya dan cacat yang ada pada amal-amalnya, aib yang ada dalam dirinya, sikap meremehkan kewajiban yang harus ditunaikan kepada-Nya, dan kezaliman yang diperbuatnya dalam bermu’amalah.
Apabila Allah menghukum dirinya akibat dosa-dosa itu maka dia memandangnya sebagai bentuk keadilan dari-Nya.
Apabila Allah tidak menghukumnya atas dosanya maka dia memandangnya sebagai keutamaan dan karunia dari-Nya.
Apabila dia melakukan kebaikan, maka dia memandang hal itu sebagai kenikmatan dan pemberian Allah kepada dirinya.
Kemudian apabila ternyata Allah mau menerima amalnya itu, itu artinya sebuah kenikmatan dan pemberian yang kedua kalinya. Kalau seandainya Allah menolak amalannya, maka dia akan menyadari bahwasanya amalan seperti itu memang tidak pantas untuk dipersembahkan kepada-Nya.
Kalau dia melakukan suatu keburukan/dosa, maka dia memandang hal itu akibat Allah membiarkan dirinya dan tidak memperhatikannya atau karena Allah menahan pemeliharaan atas dirinya, dan dia sadar bahwa hal itu merupakan suatu keadilan dari Allah terhadap dirinya.
Maka dalam keadaan itu dia bisa melihat betapa butuhnya dia kepada Rabbnya, betapa besar kezaliman yang dia lakukan kepada dirinya sendiri.
Dan apabila ternyata Allah mengampuni dosanya maka sesungguhnya hal itu murni karena kebaikan dan kemurahan Allah kepada dirinya.
Yang menjadi inti dan rahasia permasalahan ini adalah hamba tersebut tidak pernah memandang Rabbnya kecuali sebagai sosok yang senantiasa melimpahkan kebaikan, dan dia tidak menilai dirinya melainkan sebagai sosok orang yang bertingkah buruk, melampaui batas, atau justru menyepelekan.
Dengan begitulah dia bisa meyakini bahwa semua perkara kebaikan yang menggembirakannya sebagai bentuk anugerah Rabbnya kepada dirinya dan kebaikan Allah kepadanya.
Adapun semua perkara yang membuatnya sedih itu terjadi akibat dosanya sendiri dan keadilan yang Allah terapkan kepadanya.”
(Al-Fawa’id, hal. 36)
Reposted by
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
Jangan Pernah Putus Asa
Iman seseorang akan terlihat dengan jelas ketika menghadapi cobaan.
Ia terus berdoa dengan sungguh-sungguh, walaupun tidak kunjung melihat tanda-tanda dikabulkan.
Harapannya tidak pernah berubah meski banyak alasan untuk putus asa.
Karena ia tahu benar bahwa Tuhannya lebih mengetahui apa yang terbaik baginya dibanding dirinya.
Tidakkah Anda mendengar kisah Nabi Ya’kub ?
Beliau didera cobaan selama 80 tahun, tapi harapannya tidak pernah berubah.
Ketika dia kehilangan Bunyamin setelah kehilangan Yusuf, harapannya tetap tak berubah.
Dia justru berkata,
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Yusuf : 83)
Jadi, jangan sekali-kali anda merasa terlalu lama didera cobaan dan menggerutu karena terlalu banyak berdoa.
Karena Anda sedang diuji dan diminta untuk bersabar dan berdoa.
Jangan pernah merasa putus asa dari rahmat Allah meski cobaan sudah lama mendera.
(Ibnul Jauzi, Shaidul Khathir, hal. 552)
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
=====================================================
Artikel 22 april 2015
 Kucing Miauw Miauw
Dari Kabsyah bintu Ka’ab bin Malik, bahwa beliau menjadi istri salah satu anak Abu Qatadah. Suatu ketika sahabat Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu datang menjenguknya, diapun menyiapkan air wudhu untuk bapak mertuanya.
Tiba-tiba datang seekor kucing ingin minta minum air itu. Abu Qatadah-pun membiarkan kucing itu untuk minum. Kabsyah melihat kejadian ini keheranan. Kemudian Abu Qatadah menjelaskan, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang kucing:
إنها ليست بنجس، إنها من الطوافين عليكم والطوافات
Kucing itu tidak najis. Kucing adalah binatang yang sering berkeliaran di tengah-tengah kalian.” (HR. Ahmad, Nasai, Abu Daud, Turmudzi, dan dishahihkan al-Albani)
Dalam riwayat lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan
وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ بِفَضْلِهَا
Saya melihat Rasulullah berwudhu dengan air sisa minum kucing.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).
Ibrahim an-Nakhai mengatakan, seperti yang dinukil az-Zamakhsari
إنما الهرة كبعض أهل البيت
Kucing itu seperti bagian dari keluarga.”
Artinya, sama sekali tidak najis badannya dan liurnya
Kajian Rumaisyho.com
______________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
===========================================================
Tips Memilih Sahabat
Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah berkata:
“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut:
orang yang berakal,
memiliki akhlak yang baik,
bukan orang fasik,
bukan ahli bid’ah, &
bukan orang yang rakus dengan dunia”
(Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36)
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
==========================================================
Mati Itu,
Ketika tak ada lagi doa
Yang ditujukkan kepada kita.
-ummu adib-
Kalimat di atas memang sangat singkat, tetapi memiliki makna yang sangat dalam.
Seseorang yang telah meninggal memiliki kesempatan mendapat aliran pahala kebaikan melalui aliran doa:
 dari doa insan² yang mengenalnya baik dari ilmu bermanfaat yang dimiliki oleh insan yang telah meninggal. Example : Para Imam Mahzab, Para Ulama.

 dari doa insan² yang mengenal baik dan menggunakan manfaat materi yg diri tinggalkan (example : membangun masjid, jln raya)
 ataupun dari doa anak shalih.
Dari ketiga hal tersebut ; walau telah meninggal, diri tetap mendapati aliran pahala ² kebajikan seperti diri masih hidup.
Namun, insan yang benar² mati... adalah insan yg tidak mendapatkan doa² tersebut, tidak mendapatkan aliran dari pahala ² tersebut.
Benar² tidak memiliki anak yg shalih dan tidak ada siapapun yang mendoakan kelapangan insan tersebut di akhirat.
MATI....
Hanya menjalani siksa di barzah dan menanti siksa di neraka.
ﻧﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ
©Ummu Adib
_______________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
========================================================
Bismillah
dalam Dhuha, semoga rangkaian kalimat & segelintir kata ini menjadi prestasi 'amal bagi penulis & pembaca
Ikhwatal Iman..
seorang Perindu Surga, munutup kesedihan nya dengan canda dan senyuman
tak ada yg mengetahuinya kapan air mata nya terjatuh
disaat beban yang di pikul nya bertambah dengan Keimanan nya semakin berkualitas, dia tetap menutup air mata nya dengan senyuman
disaat banyak orang sibuk menuntaskan masalah pribadi dan keluarganya, dia disibukkan memikirkan masalah ummat dan banyak orang
disaat keruh nya malam melalaikan banyak jiwa, dia terperanjat terbangun untuk menunaikan malam bersama Robb-nya
lalu disaat banyak orang saling menyalahkan, dia menghisab diri nya dengan Tangisan penyesalan
dia menatap setiap detik nya dengan prestasi untuk menggapai impian nya
dia menatap setiap menit nya untuk mengkerdilkan angan-angan nya
dia menatap setiap waktu untuk menjadi Makhluk yang di Rindukan Allohu Azza Wa Jalla
serpihan waktu telah menjadi bukti tentang prestasi 'amalnya dengan gemuruh kesungguhan demi kemashlahatan ummat
pundak nya sudah digadaikan,   biarpun tak ada penghargaan dari manusia, karena pujian makhluk sering menipu
kesederhanaan menjadi prinsip dalam hidupnya karena kemewahan hanya menjadi fitnah dalam kehidupan nya
dia menggenggam dunia tetapi tidak mengikatnya, karena kenyamanan nya ada di setiap sujud nya bersama Do'a
Lahaula wala Quwwata illa billah
©Ustd.Meichal Kusumadiya
________________________________
®Rumah Dakwah Indonesia
====================================================
REKAPAN MATERI KELAS AQIDAH 2 AKHWAT RUMAH DAKWAH INDONESIA
Hari/Tanggal : Selasa/ 21 April 2015
Admin & Notulen : Fildzah Fitriani & Ririn Oktafiani
Narasumber : Ustadz H. A. Latif Khan
Tema : Definisi beberapa terminologi aqidah
MUKADDIMAH
بسم الله الرحمن الرحيم
 
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْه
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Segala puji hanya bagi Allah yg telah memberikan kesempatan kepada kita untuk bersama2 mengikuti kajian online pada sore ini.
Sahabat rumah dakwah indonesia dimanapun berada, di tengah-tengah kita, telah hadir ustadz abdul latif khan yang akan menyampaikan materi pada kajian sore ini.
السلام عليكم ورحمة الله و بركات

RESUME MATERI
4. SUNNAH
kata Sunnah berasal dari bahasa Arab yang berarti cara (thariqah) dan jalan hidup ( sirah). Misalnya sabda Nabi saw
لتتبعن سنن من كان قبلكم
"kamu akan mengikuti sunnah umat sebelum kamu"
Maksudnya adalah "cara beragama mereka"
Dalam hadist lain
من سنّ سنة حسنة
"Siapa yang membuat sunnah yang baik"
Maksudnya "Jalan hidup yang baik".
Terminologi syari'at SUNNAH didefinisikan beragam sesuai dengan beragam disiplin ilmu keislaman. Dan dapat diartikan "mengikuti aqidah yang benar yang telah ditetapkan berdasarkan al Qur'an dan sunnah".
5. AL FIQHUL AKBAR
Fiqh berarti pemahaman. Kata ini kemudian digabungkan dengan kata AKBAR yang tujuannya membedakan dengan  AL FIQHUL ASGHAR yang biasa digunakan untuk menunjukkan ilmu tentang halal haram serta berbagai masalah furu' dalam Islam.
Istilah AL FIQHUL AKBAR mulai dikenal sejak abad ke II Hijriyah ketika Imam Abu Hanifah menulis buku tentang aqidah salaf dan menamainya dengan nama ini, untuk menunjukkan bahwa ia merupakan masalah penting dalam keseluruhan ajaran Islam.
6. AHL AL SUNNAH WA AL JAMA'AH
SUNNAH merupakan ungkapan kesetiaan mengikuti manhaj al Qur'an dan sunnah dalam segala dimensinya, baik yang prinsip maupun yang tidak prinsip. Sedangkan kata JAMA'AH berarti orang orang yang berkumpul. Sedangkan makna syar'i nya adalah Rasulullah saw, para sahabat, para tabi'in, dan seluruh generasi yang ikut mereka dengan baik hingga yaum al akhir
Jadi makna AHL AL SUNNAH WA AL JAMA'AH adalah "orang yang mengikuti aqidah Islam yang benar, komitmen dengan manhaj Rasulullah Saw bersama para sahabat dan tabi'in dan semua generasi yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
7. AHLUL HADIST
Maknanya adalah orang orang yang dinisbatkan kepada orang yang menjadikan hadist Rasulullah saw sebagai salah satu sumber penerimaan Aqidah Islam yang benar. Sama saja mereka itu ulama hadist atau ulama Fiqh atau ulama ushul Fiqh atau orang zuhud atau lainnya.
Disebut Ahlul Hadist untuk membedakan dengan Ahlul Kalam yang menganggap akal harus didahulukan atas hadist Rasulullah saw dalam bidang aqidah.
8. SALAF
menurut syari'at maksudnya adalah para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan seluruh generasi yang mengikuti mereka hingga hari kiamat dimana keadilan dan kebersihan mereka telah diakui oleh umat secara Ijma', dan mereka pun tidak pernah tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan.
Dari pengertian di atas, salaf maksudnya merupakan ungkapan tentang individu-individu tertentu atau manhaj tertentu yang mereka ikuti. Sementara individu dimaksud adalah para sahabat, tabi'in dan Tabi'ut tabi'in.
KOREKSI KESALAHAN
Terdapat kesalahan anggapan bahwa salafiyyah mengacu kepada tahapan waktu tertentu. Sementara mazhab Salaf mempunyai dua dimensi :
1) dimensi qudwah; maksudnya orang dari 3 generasi utama dalam sejarah Islam
2) dimensi manhaj; maksudnya adalah sistem yang diikuti oleh ketiga generasi dari ketiga zaman tersebut dalam pemahaman aqidah, pengambilan dalil aqidah, penetapan muatan aqidah, ilmu dan iman.
Oleh karenanya mereka yang menyebut diri salafi tanpa mengikuti kriteria di atas sama sekali tidak mengandung pujian karena dasarnya adalah makna kata bukan pada lafaznya.
9. KHALAF
Maknanya adalah orang yang tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan dan merupakan celaan yang ditujukan kepada individu atau kepercayaan.
Sua kata SALAF dan KHALAF tidak mengacu kepada kurun waktu tertentu melainkan sistem dan panutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa di zaman utama Islam juga terdapat orang yang kekuar dari manhaj salaf.
CATATAN
Dari semua keterangan terminologi aqidah Islam di atas (9 point) maka secara tematis dapat disimpulkan pada dua hal :
1) aqidah yang benar
Maka kata Ushuludein, al Fiqh akbar dan tauhid, semuanya mengacu pada satu muatan ; yakni Aqidah Islam yang benar.
2) Sistem dan Anutan
Kata Salaf, Ahl Al Hadist, Ahlus Sunnah, Ahlus sunnah wal Jama'ah semuanya merupakan sebutan bagi muatan yang sama yaitu sifat yang menjadi karakter golongan yang selamat, baik dalam meneladani generasi ketiga zaman utama mauapun sistem penetapan muatan aqidah Islam yang benar dan pembelaan terhadapnya. Sedangkan kata Khalaf mengacu pada sistem yang bertentangan dengan  ,salaf.
TANYA JAWAB
T : Maaf, mau tnya.. apa yg dimaksudkan dgn furu' dalam Islam?
J : Furu ' maksudnya adalah cabang. Dalam fiqh adalah persoalan-persoalan yang bukan utama. Dan cenderung tidak didukung dalil yang tegas sehingga membuka ruang berbeda. Misalnya : Allah istiwa ( berdiam) di atas Arasy. Penjelasannya tentangnya multi tafsir. Atau masalah yang di luar rukun iman.
T: Afwan,, saya kurang paham apa itu tabi'in, tabi'ut tabi'in
J : Tabiin itu sebutan untuk muslim yang hidup sezaman dengan sahabat Nabi. Dan mereka bertemu dengan sahabat Nabi. Sementara Tabiut tabiin adalah muslim yang bertemu dengan para tabiin
T: Yang dimaksud 3 generasi utama dalam sejarah islam itu maksudnya gimana ?
J : Tiga generasi utama itu adalah Nabi dan para sahabat ( generasi pertama), tabiin ( generasi kedua), tabiut tabiin (generasi ketiga).
Selengkapnya silahkan kunjungi
rumahdakwah-indonesia.blogspot.com
=========================================================
#SahabatNabi
Khaulah binti Tsa'labah
Nama lengkapnya adalah Khaulah binti tsa’labah bin Ashram bin Farah bin Tsa’labah Ghanam bin ‘Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliau dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit Radhiallahu ‘anhu, yang senantiasa menyertai perang Badar dan perang Uhud dan mengikuti seluruh peperangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan Aus inilah Khaulah melahirkan anak laki-laki yang bernama Rabi’.
Suatu ketika Khaulah binti Tsa’labah mendapati suaminya, Aus bin Shamit dalam suatu masalah yang membuat Aus marah, dia berkata, “Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku.”
Kemudian Aus keluar setelah mengatakan kalimat tersebut dan duduk bersama orang-orang untuk beberapa lama. Selanjutnya Aus kembali ke Khaulah dan menginginkannya. Akan tetapi kesadaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak Aus, sampai jelas hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap kejadian diatas.
Khaulah berkata, “Tidak… jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau ucapkan terhadapku sehingga Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum tentang peristiwa yang menimpa kita.
Selanjutnya Khaulah menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia mencerita- kan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya.
Maksud kedatangannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang urusan tersebut. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu tersebut … aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.”
Wanita mukminah ini mengulangi perkataannya dan menjelaskan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang apa yang menimpa dirinya dan anaknya, jika dia harus bercerai dengan suaminya, namun Rasulullah Shalalahu ‘alaihi wasallam tetap menjawab, “Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya”.
Sesudah peristiwa tersebut wanita mukminah ini senantiasa mengangkat kedua tangannya ke langit sedangkan kedua di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan.
Kedua matanya meneteskan air mata dan perasaan menyesal. Kemudian beliau berdo’a, “ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang peristiwa yang menimpa diriku”.
Alangkah bagusnya apa yang dilakukan oleh Sahabiyah Khaulah Radhiallahu ‘anha, beliau berdiri di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdialog untuk meminta fatwa. Setelah turunnya fatwa, yang memberatkannya beliaupun melakukan istighatsah (memohon pertolongan) dan mengadu hanya kepada Allah Ta’ala. Ini menandakan kejernihan iman dan tauhid yang telah dipelajarinya dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Tiada henti-hentinya wanita ini berdo’a sehingga suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pingsan (sebagaimana biasanya beliau pingsan ketika menerima wahyu). Kemudian setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sadar kembali, beliau bersabda, “Wahai Khaulah, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat Al-Qur’an tentang dirimu dan suamimu, kemudian beliau membaca firman QS. Al-Mujadalah: 1-4, yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan [halnya] kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, … sampai firman Allah: “dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang pedih.”
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada Khaulah tentang kafarat (tebusan) Zhihar :
Nabi : “Perintahkan kepadanya (suami Khaulah) untuk memerdekakan seorang budak!”
Khaulah : “Ya Rasulullah dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan."
Nabi : "Jika demikian perintahkan kepadanya untuk shaum dua bulan berturut-turut.”
Khaulah : “Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum."
“Nabi : “Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin."
“Khaulah : “Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.”
Nabi : “Aku bantu dengan separuhnya.”
Khaulah : "Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.”
Nabi : "Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat baginya, kemudian bergaulah dengan anak pamanmu itu secara baik.”
Maka Khaulahpun melaksanakannya.
Demikianlah sebuah kisah tentang sahabiyah yang mengajukan suatu perkara yang terjadi di rumah tangganya kepada Rasululllah, yang perkara Khaulah dan suaminya ini merupakan permasalahan yang pertama kali terjadi di Umat Islam. Didalamnya terkandung banyak pelajaran.
Selanjutnya sahabiyah ini semasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, pernah menghentikan Umar bin Khaththab pada saat berjalan. Beliau kemudian memberikan nasehat-nasehat kepada Umar.
Khaulah berkata, “Wahai Umar, aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau menggembala kambing dengan tongkatmu. Kemudian berlalulah hari demi hari, sehingga Engkau memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu.
Ketahuilah barangsiapa takut kepada maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan barangsiapa yang takut mati maka dia akan takut kehilangan dan barangsiapa yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap adzab Allah.” Beliau katakan hal itu sementara Umar bin Khaththab berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya.
Akan tetapi al-Jarud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan atas hal ini, kemudian berkata kepada Khaulah, “Engkau telah berbicara banyak (keterlaluan) kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!”
Mendengar hal ini Umar balas menegur al-Jarud, “Biarkan dia … tahukah kamu siapakah dia? Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya.”
Dalam riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak menyudahi nasehatnya kepadaku sampai malam hari, maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau menyelesaikan hal yang dikehendakinya, kecuali jika telah datang waktu shalat, maka aku akan mengerjakan shalat, kemudian kembali mendengarkannya sampai selesai keperluannya.”
Sumber :
- Kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi.
__________________________________
Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia
=============================================================
REKAPAN MATERI KELAS AQIDAH 3 AKHWAT RUMAH DAKWAH INDONESIA
Hari/Tanggal: Selasa/21 April 2015
Admin & Notulen: Indah & Umiyati
Narasumber: Bunda Malik
Tema: Definisi beberapa Terminologi Aqidah 
MUKADDIMAH
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
بسم الله الرحمن الرحيم
 
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْه
ِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Segala puji hanya bagi Allah yg telah memberikan kesempatan kepada kita untuk bersama2 mengikuti kajian online pada siang ini.
Sahabat rumah dakwah indonesia dimanapun berada, di tengah-tengah kita, telah hadir bunda malik yang akan menyampaikan materi pada kajian siang ini.
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
RESUME MATERI 
DEFINISI BEBERAPA TERMINOLOGI AQIDAH
4. SUNNAH
kata Sunnah berasal dari bahasa Arab yang berarti cara (thariqah) dan jalan hidup ( sirah). Misalnya sabda Nabi saw
لتتبعن سنن من كان قبلكم
"kamu akan mengikuti sunnah umat sebelum kamu"
Maksudnya adalah "cara beragama mereka"
Dalam hadist lain
من سنّ سنة حسنة
"Siapa yang membuat sunnah yang baik"
Maksudnya "Jalan hidup yang baik".
Terminologi syari'at SUNNAH didefinisikan beragam sesuai dengan beragam disiplin ilmu keislaman. Dan dapat diartikan "mengikuti aqidah yang benar yang telah ditetapkan berdasarkan al Qur'an dan sunnah".
5. AL FIQHUL AKBAR
Fiqh berarti pemahaman. Kata ini kemudian digabungkan dengan kata AKBAR yang tujuannya membedakan dengan  AL FIQHUL ASGHAR yang biasa digunakan untuk menunjukkan ilmu tentang halal haram serta berbagai masalah furu' dalam Islam.
Istilah AL FIQHUL AKBAR mulai dikenal sejak abad ke II Hijriyah ketika Imam Abu Hanifah menulis buku tentang aqidah salaf dan menamainya dengan nama ini, untuk menunjukkan bahwa ia merupakan masalah penting dalam keseluruhan ajaran Islam.
6. AHL AL SUNNAH WA AL JAMA'AH
SUNNAH merupakan ungkapan kesetiaan mengikuti manhaj al Qur'an dan sunnah dalam segala dimensinya, baik yang prinsip maupun yang tidak prinsip. Sedangkan kata JAMA'AH berarti orang orang yang berkumpul. Sedangkan makna syar'i nya adalah Rasulullah saw, para sahabat, para tabi'in, dan seluruh generasi yang ikut mereka dengan baik hingga yaum al akhir
Jadi makna AHL AL SUNNAH WA AL JAMA'AH adalah "orang yang mengikuti aqidah Islam yang benar, komitmen dengan manhaj Rasulullah Saw bersama para sahabat dan tabi'in dan semua generasi yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
7. AHLUL HADIST
Maknanya adalah orang orang yang dinisbatkan kepada orang yang menjadikan hadist Rasulullah saw sebagai salah satu sumber penerimaan Aqidah Islam yang benar. Sama saja mereka itu ulama hadist atau ulama Fiqh atau ulama ushul Fiqh atau orang zuhud atau lainnya.
Disebut Ahlul Hadist untuk membedakan dengan Ahlul Kalam yang menganggap akal harus didahulukan atas hadist Rasulullah saw dalam bidang aqidah.
8. SALAF
menurut syari'at maksudnya adalah para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in dan seluruh generasi yang mengikuti mereka hingga hari kiamat dimana keadilan dan kebersihan mereka telah diakui oleh umat secara Ijma', dan mereka pun tidak pernah tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan.
Dari pengertian di atas, salaf maksudnya merupakan ungkapan tentang individu-individu tertentu atau manhaj tertentu yang mereka ikuti. Sementara individu dimaksud adalah para sahabat, tabi'in dan Tabi'ut tabi'in.
KOREKSI KESALAHAN
Terdapat kesalahan anggapan bahwa salafiyyah mengacu kepada tahapan waktu tertentu. Sementara mazhab Salaf mempunyai dua dimensi :
1) dimensi qudwah; maksudnya orang dari 3 generasi utama dalam sejarah Islam
2) dimensi manhaj; maksudnya adalah sistem yang diikuti oleh ketiga generasi dari ketiga zaman tersebut dalam pemahaman aqidah, pengambilan dalil aqidah, penetapan muatan aqidah, ilmu dan iman.
Oleh karenanya mereka yang menyebut diri salafi tanpa mengikuti kriteria di atas sama sekali tidak mengandung pujian karena dasarnya adalah makna kata bukan pada lafaznya.
9. KHALAF
Maknanya adalah orang yang tertuduh melakukan bid'ah yang menyebabkan kekufuran atau kefasikan dan merupakan celaan yang ditujukan kepada individu atau kepercayaan.
Sua kata SALAF dan KHALAF tidak mengacu kepada kurun waktu tertentu melainkan sistem dan panutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa di zaman utama Islam juga terdapat orang yang kekuar dari manhaj salaf.
CATATAN
Dari semua keterangan terminologi aqidah Islam di atas (9 point) maka secara tematis dapat disimpulkan pada dua hal :
1) aqidah yang benar
Maka kata Ushuludein, al Fiqh akbar dan tauhid, semuanya mengacu pada satu muatan ; yakni Aqidah Islam yang benar.
2) Sistem dan Anutan
Kata Salaf, Ahl Al Hadist, Ahlus Sunnah, Ahlus sunnah wal Jama'ah semuanya merupakan sebutan bagi muatan yang sama yaitu sifat yang menjadi karakter golongan yang selamat, baik dalam meneladani generasi ketiga zaman utama mauapun sistem penetapan muatan aqidah Islam yang benar dan pembelaan terhadapnya. Sedangkan kata Khalaf mengacu pada sistem yang bertentangan dengan salaf.
SESI TANYA JAWAB
T: Yg di maksud dg Ahlul hadist?
Agar tahu kalau hadist tersebut lemah/kuat gimana?
J: Ahlul Hadits adalah mereka yang mempunyai perhatian terhadap hadits baik riwayat maupun dirayah, mereka bersungguh-sungguh dalam mempelajari hadits-hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan.............
Untuk selengkapnya, silahkan kunjungi alamat Website kami: rumah-indonesia.blogspot.com
® Rumah Dakwah Indonesia
=============================================================
ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔُُ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨﻜَﺮِ
ﻭَﺃُﻭْﻻَﺋِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
"Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
mereka adalah orang-orang yang beruntung".
[
Ali Imran:104].
ﺍُﺩْﻉُ ﺇِﻟَﻰ ﺳَﺒِﻴْﻞِ

______________________
®
Rumah Dakwah Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar