Artikel 8 Mei 2015
Lebih Baik
Tersohor di Langit
Sungguh
beruntung orang yang tidak terkenal dikalangan penghuni bumi akan tetapi ia
masyhur di kalangan penghuni langit (malaikat).
Tersohor di
penduduk bumi :
- Rentan
menimbulkan riya'
- Menjadikan
seseorang berusaha berbuat sesuai selera masyarakat dan perlu media demi menjaga ketenarannya
- Kalau
sampai bersalah maka aib pun ikut-ikutan tersohor
Adapun
tersohor diantara para penghuni langit maka :
- Akan
selalu didoakan oleh mereka
- Tidak
perlu media untuk menyiarkan amalan sholeh, karena otomatis tercatat meskipun
amalan dikerjakan di tengah malam gelap gulita di tengah terlelapnya penghuni
bumi
- kalau
melakukan kesalahan maka tidak disebarkan bahkan dimohonkan ampunan oleh mereka
kepada Allah
Allah ta'ala
berfirman,
"Malaikat-malaikat
yang memikul Arsy dan malaikat di sekelilingnya bertasbih dengan memuji
Tuhannya dan mereka beriman kepadanya serta memohonkan ampunan untuk
orang-orang yang beriman (seraya berkata) :
”Ya Tuhan
kami.. rahmat dan ilmu yang berada padamu, meliputi segala sesuatu.. maka
berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan agamamu
dan peliharalah mereka dari azab neraka".
"Ya
Tuhan.. masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah engkau janjikan
kepada mereka, dan orang shaleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri dan
keturunan mereka. Sungguh engkaulah yang maha perkasa , maha bijaksana”.
“Dan
peliharalah mereka dari bencana kejahatan, dan orang-orang yang engkau pelihara
dari bencana kejahatan pada hari itu, maka sungguh engkau telah menganugerahkan
rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung”.
(QS. Ghafir
: 7-9)
Oleh :
Ustadz Firanda Andirja
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Reposted By
®Rumah
Dakwah Indonesia
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
rumahdakwah-indonesia.blogspot.com
Jum'at, 18
Rajab 1436 / 08 Mei 2015
Jalan Dakwah
Ustadz
Satria
Kita mungkin
tak saling kenal,
Mungkin juga
tak satu kanal,
Berbeda
bahasa dan juga berlainan asal.
Aku dan
kalian bukan lah saudara seibu,
Tidak juga
dari daerah yang satu,
Bahasa kita
beragam,
Kepribadian
kita juga bermacam.
Mungkin ada
yang suka bercanda,
Yang
terkadang menorehkan luka,
Ada juga
yang suka diam tak bicara,
Namun suka
memaafkan dan tak marah.
Usia kita
juga berjenjang,
Ada yang
dewasa dan sudah matang,
Ada yang
masih muda dan sering bimbang,
Ada yang
sudah menikah, dan ada juga yang masih bujang.
Namun...
Ada satu
kesamaan kita,
Ada satu
tujuan arah,
Ada satu
yang sama kita sembah.
Di jalan
dakwah ini kita berjumpa,
Berkumpul
serta sama bekerja,
Melepas
perbedaan tuk satukan langkah, Menebar Islam dan menjadi pencerah.
Di jalan
dakwah ini kita sama bersatu,
Menghalau
musuh yang kian menggebu,
Menjadikan
kita saling memusuhi antar satu,
Menjadikan
kita sering berdebat dan berseteru.
Di jalan
dakwah ini kita saling mengingatkan,
Saling
menasehati dan selalu menguatkan,
Saling
mendorong dan juga berpegangan,
Hingga
masing-masing kita pun mengalami peningkatan.
Di perahu
dakwah ini kita bertemu,
Walau
berbeda, namun kita tak pernah jemu,
Memotivasi
serta bertukar ilmu,
My
brother...
I love you
fiLlah...
I love you
liLlah...
We meet and
separated bcoz Allah...
And i wish,
may Allah make we all together in Jannah...
Like today
we all together in dunya...
----------------------------------
BP2A-RDI/01/1/VII/1436
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Follow us :
👥FB : Rumah
Dakwah Indonesia - RDI
🌐Twit :
@RDI_rumahdakwah
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Artikel
Tematik
〰〰〰〰〰
Bila Benar Aku Mencintaimu ....
Dalam sebuah
majelis, Syekh Nashiruddin Al-Albani rahimahuLLah, pernah ditanya: "Syekh,
apakah seseorang yang mencintai karena ALLah, wajib mengatakan kepada orang
yang dicintainya: "Aku mencintaimu karena ALLah?"
Syekh Albani
menjawab: "Iya. Akan tetapi cinta karena ALLah memiliki harga yang sangat
tinggi, sedikit sekali yang mampu membayarnya. Apakah kalian mengetahui berapa
harga cinta karena ALLah? Siapa yang mengetahui, silakan menjawab."
Mulailah
para hadirin memberikan jawaban.
Seseorang
menjawab: "RasuluLLah shallaLLahu 'alaYhi wa sallam bersabda: "7
golongan yang ALLah menaunginya dengan naungan-Nya pada hari tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya, salah satunya dua orang yang saling mencintai karena
ALLah, bersatu karena ALLah dan berpisah karena-Nya."
Syekh
berkata : "Ini adalah perkataan yang benar pada tempatnya, tapi bukan
jawaban dari pertanyaanku. Ini adalah sebagian pengertian cinta karena ALLah.
Adapun pertanyaanku, apakah harga yang harus dibayar oleh dua orang yang saling
mencintai karena ALLah, yang satu kepada yang lain? Bukan apakah balasan
akhiratnya? Maksudku, aku ingin menanyakan: Apakah bukti perbuatan bila
seseorang mencintai karena ALLah? Karena kadang-kadang, dua orang saling
mencintai, tetapi cintanya hanya tampak di luar, tidak benar-benar hakiki.
Maka, apakah bukti cinta yang hakiki?"
Seseorang
yang hadir menjawab lagi: "Seseorang mencintai untuk saudaranya apa yang
ia cintai untuk dirinya."
Syekh Albani
berkata: "Ini adalah sifat cinta atau salah satu sifat cinta."
Seseorang
menjawab lagi: "Firman ALLah Ta'ala:
(قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ)
"(Artinya)
Katakanlah: apabila kalian mencintai ALLah maka ikutilah aku, maka ALLah akan
mencintai kalian." (QS. Ali Imran: 31)
Syekh
menjawab: "Ini adalah jawaban yang benar untuk pertanyaan yang lain."
Hadirin yang
lain mencoba menjawab: "Tiga hal, yang apabila terdapat pada diri
seseorang ia akan merasakan kelezatan iman, salah satunya orang yang mencintai
karena ALLah."
Syeikh
menjawab: "Itu adalah buah dari cinta karena ALLah, yaitu kelezatan iman
dalam hati seseorang."
Seseorang
menimpali lagi: "Firman ALLah Taala:
(ِوَالْعَصْرِ
* إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ * إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)
"(Artinya)
Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal sholih, dan saling berwasiat dalam kebenaran dan saling
berwasiat dalam kesabaran." (QS. Al-Ashr: 1-3)
Kali ini
syekh menjawab: "Ahsanta. Benar, inilah jawabannya."
Saudaraku,
mari kita renungkan perkara yang agung ini. Harga sebuah cinta karena ALLah.
Siapa di antara kita yang tidak mencintai orang lain? Tentu tidak ada.
Setidaknya, kita pasti mencintai pasangan kita, atau anak-anak kita, atau orang
tua kita, atau saudara kita. Maka apakah bukti cinta kita pada mereka?
Ternyata
buktinya adalah kita menasehatinya kepada kebenaran. Terkadang mudah bagi kita
memberikan segala sesuatu yang kita cintai baik berupa harta, waktu, maupun
perhatian untuk orang yang kita cintai. Akan tetapi, ketika kita melihatnya
melakukan kesalahan, kita diam saja, dengan alasan segan, karena dia memiliki
ilmu yang lebih dari kita, atau karena takut ia menjadi marah, takut ia
memutuskan hubungan, atau takut ia menjauh, dan sebagainya. Kita merasa takut
kehilangannya dengan membiarkannya terjatuh pada kesalahan. Ah, ternyata
bukanlah itu bukti cinta yang hakiki.
Mari kita
perhatikan perkataan Syeikh selanjutnya..
"Maka,
apabila benar aku mencintaimu karena ALLah, selayaknya aku memberimu nasihat,
demikian juga engkau menerima nasehatku dan memberiku nasehat. Cinta karena
ALLAh memiliki harga yang sangat mahal. Cinta karena ALLah adalah bagian dari
keikhlasan, yaitu mengikhlaskan segalanya untuk kebaikan orang yang kita
cintai, dengan memberikan nasehat. Dengan senantiasa menyuruh kepada kebajikan
dan mencegah dari kemungkaran.. selalu dan selamanya."
✒ Ustadzah Liz Ummu
Sholih
Di Kota
Madinah
Reposted By
®Rumah Dakwah
Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar